Mohon tunggu...
Jo WgW
Jo WgW Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Penulis Bebas

Penulis dan menyukai literasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menunda Menikah Kaum Feminisme

8 November 2024   22:21 Diperbarui: 9 November 2024   00:49 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Suatu studi menyebutkan bahwa faktor ekonomi menjadi penyebab paling masuk akal berkembangnya fenomena waithood. Sebab, kondisi ekonomi global yang terus merosot telah memicu kekhawatiran terhadap kesenjangan kondisi keuangan seseorang ketika sudah menikah.

Apalagi jika posisi perempuan dalam keluarga adalah sebagai tulang punggung finansial. Pada banyak kasus, perempuan memiliki beban tanggung jawab atas masa depan adik-adiknya, termasuk untuk membayar tagihan sekolah dan keperluan rumah tangga. Situasi ini disebut sandwich generation atau generasi sandwich.

Ini membuat tidak sedikit perempuan yang melupakan sejenak prioritas untuk menikah. Selain keinginan untuk membahagiakan keluarga dulu, status sebagai generasi sandwich membuat mereka khawatir akan kehidupan finansial mereka jika menikah.

Kajian demografis tentang generasi sandwich di Indonesia menemukan bahwa 6,42 persen dari 7.009 rumah tangga yang diteliti tergolong ke dalam generasi sandwich, sebanyak 10,9-11,3 persen merupakan perempuan bekerja. Beberapa studi mengungkapkan bahwa status sebagai generasi sandwich, terutama bagi perempuan, memberikan dampak negatif terhadap kondisi pernikahan.

3. Berpendidikan dan bekerja: bentuk kontrol diri perempuan

 Indonesia dapat dikatakan berhasil dalam mencapai kesetaraan gender selama satu dekade terakhir meskipun tidak sepenuhnya membebaskan perempuan dari belenggu patriarki.
Hal ini terlihat dari meningkatnya literasi, angka partisipasi sekolah, dan keterlibatan perempuan di dunia kerja.

Bahkan dari bidang pendidikan, perempuan Indonesia telah mampu menyaingi laki-laki. Laporan BPS pada 2021 menunjukkan persentase data pendidikan yang signifikan antara perempuan dan laki-laki: perempuan berusia 15 tahun ke atas yang memiliki ijazah perguruan tinggi lebih banyak daripada laki-laki. Ada sekitar 10,06 persen perempuan yang menamatkan perguruan tinggi, menyalip jumlah laki-laki yang sebanyak 9,28 persen.

Terbukanya akses pendidikan bagi perempuan membuat mereka bisa meraih status sosial dan ekonomi yang mampu memberikan kuasa atas hidupnya. Orientasi perempuan pada pendidikan tak jarang membuat mereka menganggap pernikahan bukan prioritas hidup sehingga mereka berani memutuskan menunda ataupun tidak nikah.

Studi menunjukkan bahwa melanjutkan karier merupakan salah satu alasan perempuan menunda menikah. Hal ini terjadi karena perempuan merasa lebih leluasa dalam mengejar karier tanpa ada beban dan tanggung jawab dalam ikatan pernikahan. Selain itu, menunda menikah dan memilih meniti karier bisa termasuk dalam upaya perempuan menyiapkan kesiapan sosial ekonomi mereka sebelum memasuki pernikahan nantinya. 

Dunia pekerjaan dan pendidikan telah mendorong perempuan menemukan identitas dirinya serta mengaktualisasi dan mengekspresikan diri mereka. Perempuan yang berpendidikan tinggi dan mapan secara ekonomi membuat mereka lebih mampu memutuskan pilihan hidupnya.

4. Trauma masa lalu, KDRT, dan perceraian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun