Terlepas dari alasan penetapan tersebut, tentu dengan adanya perayaan hari puisi Internasional pada tanggal 21 Maret pun turut meramaikan dunia perpuisian di tanah air. Selain meramaikan, tiga kali peringatan hari puisi pun dapat menjadi sarana bagi masyarakat Indonesia menyalurkan bakat puitis dan melepaskan pikiran dari hiruk pikuk permasalah lain.Â
Hal ini kita dapat sepakat dengan pendapat Khrisna Pabichara yang dikutip oleh Amel Widya dalam tulisannya berikut "Bagi saya, setiap hari adalah puisi. Dua versi perayaan itu hanyalah perayaan belaka, biar kita lebih gigih mencintai puisi. Sejatinya, puisi mesti dirayakan setiap hari." Â Oleh karena itu, hal terpenting yang perlu diambil dalam perayaan ini adalah bagaimana memberikan apresiasi terhadap puisi dan si empunya.
Hari Raya Puisi
Merayakan puisi dengan apresiasi sudah pernah disinggung oleh Ketua Yayasan Hari Puisi, Maman S. Mahayana pada perayaan hari puisi dua tahun lalu. Maman S. Mahayana menyatakan bahwa puisi dapat mempererat renjana ke-Indonesiaan, merayakan kebhinekaan, memperkaya makna toleransi, dan menutup lahirnya ujaran kebencian (Jakarta, 11/7/18).Â
Hal tersebut sangat berkaitan dengan kekuatan bahasa pada puisi dan kemampuan puisi menyentuh secara diam-diam.Â
Permainan bahasa pada puisi menjadi hal yang substansial sehingga bahasa puisi yang inspiratif dapat memperluas bahasa Indonesia sebagai bahasa dunia.Â
Selain itu, kekuatan bahasa pun yang menyuarakan perlunya sastra diajarkan kepada anak-anak. Mungkin dapat kita ingat kembali pesan Umar bin Khattab "Ajarkanlah sastra kepada anak-anak kalian karena sastra dapat mengubah anak yang pengecut menjadi pemberani."
Dengan demikian, dapat dirujuk dengan jelas bahwa merayakan puisi dengan apresiasi adalah bagian dari mendukung program pemerintah pula untuk meningkatkan literasi bagi masyarakat Indonesia.
Selain itu, hari raya puisi adalah bentuk mempelajari puisi dengan kekhusyukan. Puisi dengan kekuatannya yang tersembunyi pun dapat mengajarkan seseorang berbahasa tanpa menyakiti.Â
Mengutip nasihat Chairil Anwar "Ada yang tidak diucapkan, sebelum pada akhirnya kita menyerah". Lain dari itu, kekuatan puisi adalah mendokumentasikan dorongan batin yang lahir dengan berbagai cerita.Â
Jadi, tentu tidak berlebihan jika hal ini perlu dirayakan. Bahkan, dengan merayakan kita telah menyelamatkan hati dari gelisah yang tak tentu arah.