"Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya bagai bunga
sampai suatu hari
kita lupa untuk apa.
"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?"
tanyamu.
Kita Abadi." (Sapardi Djoko Damono)
Kutipan puisi tersebut mungkin dapat mengawali perayaan Hari Puisi Nasional tahun ini. Mengingat, Hari Puisi Nasional diperingati dalam dua waktu di Indonesia, yaitu pada 28 April dan 26 Juli. Perayaan ini tentu menjadi hal menarik sekaligus menggelitik.Â
Menarik dan membahagiakan karena apresiasi terhadap karya-karya penyair kian menggema terkhusus perkembangan media sosial yang semakin menjadi kebutuhan berbagai kalangan.Â
Akan tetapi, di lain sisi dua peringatan ini  tentu menggelitik karena terkesan terjadi "sengketa" antara dua kubu tersebut meskipun sama-sama menetapkan Hari Puisi Nasional tersebut dengan menghargai maestro puisi Indonesia, yaitu Chairil Anwar.Â
Kubu yang merayakan pada 28 April menetapkan berdasarkan hari wafatnya sang Maestro dan yang merayakan pada 26 Juli menetapkan berdasarkan hari lahirnya sang pujangga "Aku ini Binatang Jalang".