Mohon tunggu...
Yosi Prastiwi
Yosi Prastiwi Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga

Hobi nulis

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Menjadi Ibu Tidak Otomatis Menjadi Orang Tua

9 April 2023   15:36 Diperbarui: 9 April 2023   15:59 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto anak menyusun buku menjadi bangunan/dokpri 

Apa yang akan para ibu lakukan saat menemui situasi seperti gambar di atas?


A. Bertanya pada anak apa yang ia buat, menanyakan fungsi buku lalu menawari anak aktivitas lain seperti membaca atau menyusun lego.

B. Memuji kreativitas anak sambil menyeringai seram.


C. Memberi tahu anak betapa mahalnya paket buku ini sampai anda harus mencicilnya lima tahun lalu.

D. Bersyukur ini bulan Ramadan, anda puasa dan tak punya energi untuk marah.

E. Memotret anak, sok bertanya ke medsos lalu berkata pada anak, "Ini buku untuk dibaca, bukan mainan. Beresin."

***

Perempuan yang melahirkan bayi memang otomatis menjadi ibu. Tapi tidak lantas ia berperan sebagai orang tua. Alangkah banyaknya perempuan yang melahirkan bayi dan memiliki anak namun tidak memiliki kesiapan sebagai orang tua. Tak terkecuali para ayah.

Bukan soal kewajiban mengasuh dan mendidik anak saja melainkan lebih pada mendidik diri sendiri. 

Jadi orang tua artinya WAJIB BELAJAR sepanjang sisa usia. Enggak cukup program wajib belajar 9 tahun pemerintah.

Kabar buruknya, semua teori dan cara mengasuh anak tidak kita dapatkan selama 16-20 tahun usia pendidikan. Kita sekolah sejak TK- SD- SMP- SMA- Kuliah sampai berderet gelar, yang kita dapatkan secara formal adalah ilmu, wawasan, skill, koneksi dan pengalaman untuk bekerja. Bukan untuk menjadi orang tua. 

Padahal kebanyak orang Indonesia-yang tidak memilih childfree, akan menghabiskan lebih banyak waktu menyandang peran sebagai ayah dan ibu dibanding bekerja yang memiliki batas pensiun. 

Kapan kita belajar menjadi orang tua? Sesaat sebelum anak lahir? Sesaat menikah? Jauh hari sejak menentukan kriteria pasangan? Atau langsung terjun payung setelah anak lahir? 


Saya termasuk orang tua yang mulanya gagap punya anak. Kebanyakan teori parenting dan keblasuk sana-sini.

Sampai saya menemukan titik balik menjadi orangtua versi saya. Yaitu memaafkan pengasuhan orang tua.

Saya mulai dari awal.

Memaafkan keduanya.

Menerima fakta bahwa pengasuhan keduanya terdahulu, sikon keluarga berpuluh tahun lalu dan hal-hal lainnya tidak bisa diubah.

Yang bisa kita ubah adalah diri saya sendiri.
Memaafkan dan menerima takdir Allah menjadi langkah mula menjadi orangtua.

Pada sebagian orang dewasa, mereka sampai butuh menyembuhkan diri dari trauma pengasuhan masa kecilnya.

Tidak apa.

Kesehatan mental memang bukan segalanya. Namun mental yang sehat akan membuat kita lebih waras sebagai orang tua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun