Kau gelisah setiap kipas angin tua di kamar belakang mati
Bukan sebab udara panas yang merasuki ruang sempit itu
Ada jendela di sisi kamarmu
Meski tak pernah kau buka.
"Tikus." Katamu.
Aku tahu itu hanya alasan
Binatang itu tak pernah masuk lewat jendela kamarmu
Kau hanya cemas angin mampir melalui jendela
Lalu seseorang mematikan kipasmu.
Juga setelah semua kamar kupasang pendingin udara
"Ini teknologi, Ayah."
Kau menggeleng
Kipasmu masih setia berputar
Menimbulkan suara berisik gesekan mesin tua dan udara
Atau entah apa di dalam sana
Ibumu suka kipas, adalah satu dari sekian jawabanmu
Bertahan dengan benda usang itu
Belakangan kau bilang sambil menerawang,
"Aku kesepian sejak Ibumu pulang. Setiap kipas ini dimatikan, aku kehilangan suara Ibumu."
Aku menatap kipas tua milik ibu, gamang
Suara kipas adalah satu-satunya suara yang setia padamu yang hidup
Tiap ia dimatikan
Kau seolah kehilangan dan kehilangan lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H