Memulai awal tahun dengan cerita fabel? Asyik benar sepertinya. Saya tertantang membuat cerita fabel versi dewasa. Sebab, fabel selama ini identik dengan anak-anak. Dijadikan dongeng dan dibacakan sebelum tidur.Â
Mau tahu bagaimana fabel versi saya? Silakan disimak ya.Â
***
"Ciit ciiit ciiiiit...." Nyaring suara Joni memperingatkanku. Terpaksa aku berhenti. Menengok ke arah Joni yang mengejarku. Langkahnya tak lagi gesit. Kalah oleh perut buncitnya.Â
"Apa lagi?" Tanyaku begitu ia menjajariku. Bau sampah menguar di sekeliling kami.Â
"Di sini saja. Lebih aman." Ia memintaku bertahan. "Aku akan mencarikanmu makanan setiap hari." Ucapnya setelah mengatur nafas. Suaranya terdengar serupa cicitan anak burung daripada seekor tikus besar.Â
Aku sempat berharap bisa melahirkan anak-anak tikus lucu bersamanya. Hidup nyaman di bawah selokan pasar dan berkemas tiap banjir. Itu dulu sebelum aku mengenal Kusi, tikus jantan dari kota.
"Jon, aku tak suka bau selokan. Aku benci kegelapan." Aku beralasan.
"Nei, sikapmu sungguh aneh. Kita itu tikus. Tak suka lampu terang." Joni mendengkus.Â
"Kamu sudah tua Jon. Tetaplah di gorong-gorong. Aku perlu tantangan di luar sana." Aku menepis mulutnya yang mendekat. Perpaduan bau nafasnya dan selokan membuatku mual.Â