Mohon tunggu...
Yosi Prastiwi
Yosi Prastiwi Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga

Hobi nulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Pencapaian Boleh Receh, Bacaannya Kudu Kece

31 Desember 2020   13:07 Diperbarui: 31 Desember 2020   22:19 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selain sebagai ibu, pencapaianku 2020 adalah menjadi ultrawomen (dokpri).


"Terimakasih sudah bertahan dan berjuang untukku dan anak-anak."

Tentu saja setelah berterima kasih, aku tetap mengomel dan mengeluh sebagaimana istri pada umumnya. Masak iya, jatah ngomel setahun akan dihabiskan satu hari saja. Rugi dong!

Hai, aku ibu rumah tangga yang tinggal dengan 5 anak di rumah. Empat anak kandung dan satu anak mertua. Seperti juga kalian, tahun ini keluarga kami lebih banyak di rumah saja. Tepatnya aku dan anak-anak sih. Pak suami tetap berkelana di luar rumah demi nafkah keluarga.

Sebagai keluarga, setahun ini kami mengalami banyak perubahan di rumah. Mulai dari siklus hubungan suami-istri, pola belajar anak-anak sampai penyesuaian anggaran belanja rumah tangga.

Soal impian, ada banyak list personal dan keluarga yang belum bisa kami wujudkan di tahun 2020. Entah sebab pandemi atau memang kami yang letoy mengusahakannya. Sepertinya lebih ke alasan kedua sih.

"Ini sudah sembilan tahun. Kita belum nambah apa-apa." Suamiku berkata sambil tertawa. Ia menyebutkan nama temannya yang sudah punya ini dan itu.

"Kita udah laba 4 anak lho." Kataku balas tertawa.

Waktu itu aku ingin memeluknya. Menyampaikan kalau aku baik-baik saja dengan kondisi kami tahun ini. Tapi kuurungkan. Kesuksesan bagi laki-laki mungkin beda definisi. Pencapaian versinya adalah berdaya bagi keluarga dan lingkungan yang ia kelola. Jadi, aku memilih menyatakan dukunganku.

"Terima kasih sudah bertahan dan berjuang untukku dan anak-anak."

Tentu saja setelah berterima kasih, aku tetap mengomel dan mengeluh sebagaimana istri pada umumnya. Masak iya, jatah ngomel setahun akan dihabiskan satu hari saja. Rugi dong!

Ngomong-ngomong soal pencapaian, tahun ini aku berhasil membaca empat buku. Hal receh begini perlu aku catat. Semoga di tahun depan aku bisa menambah jumlahnya menjadi dua belas.

Ini dia tiga buku yang aku baca sambil mengasuh bayi, dua balita dan satu kakak homeschooling.

1. By Your Side
Waktu mbak Bulan Nosarios, penulisnya cerita buku ini, aku langsung cari novelnya. Beli online. Sebab penasaran karena mbak Bulan menyebutkan salah satu bidan senior di Sleman jadi inspirasi novelnya.

Gambar diolah di Canva (dokpri).
Gambar diolah di Canva (dokpri).

By Your Side sendiri cetak pertama tahun 2014, setelah sebelumnya memenangkan lomba penulisan novel amore penerbit Gramedia di tahun 2012.

Kubaca sampai selesai dalam waktu dua hari. Satu karena kesel sama yang nulis. Bikin penasaran. Kedua baper juga sama tokohnya. Pembaca tuh ga bisa diginiin. Seluruh semesta tahu apa dan bagaimana mestinya cerita berjalan, kecuali dua orang; Kania dan Erga. Wis pokomen angel tuturane.

"Kania tidak pernah melakukan sesuatu yang impulsif, sepasti ia tidak pernah memakai baju kusut. Dan mengenai rencana hidup, ia tahu benar bagaimana kehidupan dokter, apalagi ketika nanti ia mengambil pendidikan spesialis. Ia tidak berani berharap masih memiliki waktu bersama Erga.”_(hal 127)

Aku tahu, Kanialah tokoh yang diciptakan dari sebagian sisi bidan Muslimatun. Perempuan dengan latar belakang dunia medis, teratur perfeksionis, dan punya impian. PUNYA IMPIAN. Catet berulang, tempel di kening. Bahkan meskipun kau cuma bercelemek seharian di dapur.

2. Please Look After Mom

Ini novel terjemahan Korea tulisan Kyung-Sook Shin. Sejujurnya aku benci menyelesaikan novel ini. Pertama sebab nama-nama Korea itu tak lazim dan susah kuingat meskipun aku sudah banyak menonton drama Korea. Kedua, aku tahu novel ini akan banyak menyentuh sisi manusiawiku sebagai ibu.

Buku ini sampai lecek kubaca dan kutangisi isinya. Hiks (dokpri).
Buku ini sampai lecek kubaca dan kutangisi isinya. Hiks (dokpri).

Novel setebal 296 halaman ini kuselesaikan lebih dari empat bulan lamanya. Bukan sebab membosankan, sebaliknya aku menjaga jarak setiap hampir tenggelam dalam cerita ini.

Kisah ini tentang sepasang suami-istri tua yang henda mengunjungi anak-anak mereka di kota. Sang suami yang terbiasa berjalan cepat menaiki kereta. Setelah melewati beberapa stasiun, barulah ia menyadari istrinya tertinggal. Perempuan itu hilang entah dimana.

Suami dan anak-anak perempuan ini berusaha mencari sepanjang tahun. Pencarian ini mengantarkan mereka pada banyak kenangan sekaligus titik buta yang kejam. Sebagai keluarga, mereka ternyata tidak mengenal sosok istri dan ibu yang hilang.

Perempuan itu, apakah mimpi-mimpinya? Sedang saat sakit saja mereka tak pernah benar-benar bisa mengetahuinya.

3. Membina Angkatan Mujahid.

Ini buku lama tulisan Said Hawaa, terbitan Era Intermedia di tahun 2000. Aku meminjamnya dari seorang kawan senior yang aktif di dakwah Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Buku ini merupakan analisis Said Hawwa terhadap gerakan dakwah Hasan Al Banna yang ditulis dalam Risalah Ta'lim. Kenapa perlu dianalisi segala? Risalah Ta'lim sendiri memang butuh penjelasan bagi awam sepertiku. Ia ditulis apa adanya tanpa dijelaskan latar belakang situasi atau kondisi Hasan Al Banna sebagai penulisnya.

Buku lama yang isinya relevan selama demokrasi masih digunakan (dokpri).
Buku lama yang isinya relevan selama demokrasi masih digunakan (dokpri).
Aku mencoba memahami dari buku ini alasan sebagian teman-teman aktivis dakwah islam seperti PKS memilih berdakwah melalui parlemen. Pada bagian tingkatan amal di buku ini, ada penjelasan tujuh tujuan yang hendak dicapai. Baik secara personal, keluarga, masyarakat, pemerintah sampai kepemimpinan global.

Salah satu poin yang kudapat dari buku ini, kolaborasi dalam pemerintahan tidaklah dilarang. Masuk ke pemerintahan dan bekerja sama dalam kebaikan bukan hal tabu. Ini bagian dari cara dakwah mereka. Kader PKS, bolehlah lain waktu menjelaskan lebih detail padaku.

Nah, ini 3 buku yang menemaniku di tahun 2020. Bagaimana denganmu? Apa buku favoritmu tahun ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun