Mohon tunggu...
Yosi Prastiwi
Yosi Prastiwi Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga

Hobi nulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bisnis Kecil dari Keluarga Berdaya

15 Desember 2020   10:55 Diperbarui: 15 Desember 2020   12:21 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukan cuma kebiasaan baru, jualan juga butuh adaptasi. Foto Silva.

Jika ada yang bertahan di tengah krisis ekonomi 1998, tentulah UMKM salah satunya. Saat perusahaan besar tumbang dan melakukan pemutusan hubungan kerja besar-besaran, pelaku usaha kecil tetap berjalan meski pelan. Mereka beromset kecil namun ajaibnya mampu bertahan di tengah badai.

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ditandai dengan pengelolaannya yang sederhana baik perorangan maupun badan usaha. Ketiganya mudah ditemui di sekitar kita. Dari warung kelontong tetangga sampai badan usaha keluarga dan rekanan yang menyerap tenaga kerja sekitar. 

Salah satu yang membedakan antara usaha mikro, kecil dan menengah adalah besarnya profit tahunannya. Usaha mikro ditandai dengan profit 50-300 juta per tahun. Usaha kecil memiliki profit 300 juta - 2,5 milyar per tahun dan usaha menengah berada di angka profit 2,5-10 milyar per tahun. Ketiganya tidak termaksud tanah dan bangunan yang dimiliki. 

Ini kriteria menurut undang-undang nomor 20 tahun 2008. Bukan tidak mungkin ada perubahan kriteria terkait besarnya profit UMKM paska wabah nanti. Mau bagaimana lagi, pandemi berkepanjangan menambah kecepatan masuknya resesi ekonomi di Indonesia. Banyak perusahaan besar gulung tikar dan menyatakan bangkrut.

Penurunan daya beli sepanjang tahun ini bukan karena mahalnya kebutuhan melainkan pengangguran meningkat. Sebagian orang tidak memiliki kemampuan beli sekalipun harga kebutuhan murah dan stabil. 

Jikapun belum stabil, kecukupan finansial harian akan membantu sebuah keluarga bertahan di masa pandemi. Tentu saja bukan hanya faktor ekonomi yang menguatkan bangunan keluarga agar tetap tangguh.

Keluarga Tangguh

Ada tiga syarat terciptanya keluarga tangguh menurut psikolog Evangelina Suady, M.Si dari Yayasan Kita dan Buah Hari. Pertama mencukupi psikologis keluarga. Interaksi yang harmonis dan kepercayaan antar anggota akan menguatkan hubungan keluarga. 

Kedua memperhatikan perilaku di lingkungan sekitar keluarga. Sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, perilaku lingkungan sedikit banyak akan mempengaruhi dan dicontoh anggota keluarga terutama pada usia kanak-kanak. Agar keluarga tetap tangguh, dibutuhkan nilai dan role model positif dalam keluarga.

Ketiga mencukupi kebutuhan fisik keluarga. Tersedianya pangan, sandang dan papan yang cukup akan memberikan rasa aman pada keluarga. Makanan yang bergizi mendukung tumbuh kembang anak optimal. Tempat tinggal dan pakaian yang layak memberikan kenyamanan bagi keluarga. 

Menuju keluarga tangguh dengan tiga syarat di atas, tentu tidak mudah saat ini. Kita berada di masa era normal-kalau tidak mau dikatakan abnormal. Adaptasi bukan hanya dibutuhkan untuk membentuk kebiasaan baru yang lebih sehat tapi juga adaptasi mengurangi kenyamanan. Banyak hal berubah dan keluarga harus bertahan. 

Berdaya dengan Wirausaha

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat hingga 31 Juli 2020, jumlah pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja ( PHK) maupun dirumahkan mencapai 3,5 juta lebih. Bahkan, Ketua Kadin Indonesia Rosan Roeslani menyatakan survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang menyebut sekitar 29 juta warga Indonesia mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada masa Covid-19 tidak berbeda dengan data yang diterimanya dari berbagai sumber

Dengan keterbatasan lapangan kerja saat ini, berwirausaha menjadi pilihan masuk akal. Meski tidak mudah untuk sebagian orang, terutama bagi mantan pekerja di sektor swasta atau mereka yang terbiasa kerja kantoran. Namun kebutuhan pokok tidak bisa ditunda. Pencari nafkah keluarga harus berdaya. 

Kita juga bisa membantu pelaku usaha kecil bertahan dengan mendukung mereka. Gerakan bela beli warung tetangga misalnya, bisa menjadi pilihan tempat belanja bagi kita saat ini. 

Pengelolaan grup-grup di media sosial juga lebih fleksibel. Jika dulu, berjualan di grup  dirasa mengganggu, sekarang kita mengubah rasa itu menjadi empati. Sejak pandemi banyak grup RT-RW, grup alumni sekolah sampai aneka komunitas berubah jadi forum jual beli. Ada pula yang diatur di hari tertentu menjadi semacam market day. 

Berwirausaha tidak melulu menjadi penjual. Ada produsen yang terlibat di sektor UMKM. Namun menjadi penjual menjadi pilihan banyak orang hari ini. Minim modal dan minim resiko dibanding menjadi produsen. Selain itu penggunaan media online memungkinkan orang berpromosi secara hemat dan kreatif.

UMKM Mendukung Keluarga Tangguh

Menengok ketangguhan usaha kecil di masa krisis 1997-1998, wajar jika saat ini pemerintah memberikan stimulus pada UMKM. Misalnya melalui bantuan tunai dan pelatihan penjualan online berkala.  

Bantuan modal yang diberikan memang tidak sebesar kebutuhan usaha menengah namun jangkauannya bisa lebih luas. Masih ada pula salah sasaran penerima bantuan usaha di sana-sini. Tidak mudah menyisir penerima yang tepat di masa resesi, kebanyakan orang merasa berhak menerima. Data perlu diupdate dan pandemi membatasi langkah verifikasi secara langsung. 

Ini menjadi peluang bagi masyarakat menengah, lembaga amil zakat, organisasi masyarakat maupun pihak swasta lainnya untuk mendukung keluarga UMKM dari sisi permodalan. Para relawan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat tentu bisa menyisir lebih objektif. 

Bantuan pembiayaan bagi UMKM selain menggerakan roda ekonomi dari bawah, juga berpeluang membuka lapangan kerja baru. Tidak banyak namun harapannya merata. UMKM bisa tumbuh banyak. Melibatkan tetangga dan warga sekitar. 

Bukan tidak mungkin, dari lingkungan yang berdaya akan mendukung tumbuhnya keluarga tangguh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun