Laki-laki itu mengangguk lagi. Mengiyakan.Â
"Bagian paling serunya, setelah ini kita akan memiliki malam yang panjang."Â
Laki-laki di depan mulai tersenyum.Â
"Oh ya, tentu saja aku akan mengenakan piyama. Atau gaun tidur. Sesuatu yang indah."Â
Laki-laki di depan merasa mukanya merah. Ia buru-buru menepis pikirannya.Â
"Tapi itu hanya berlangsung sesaat. Tahun selanjutnya mungkin aku sudah tidur mengenakan kaus oblongmu. Mengenakan celana pendekmu."Â
Perempuan itu seperti mengenang sesuatu. Laki-laki di depan hampir membuka mulutnya tertawa.Â
"Serius. Percayalah itu akan terjadi."
Perempuan itu berkata tegas. Itu bukan sesuatu yang lucu. Mungkin awalnya iya, tapi lama-lama akan jadi kebiasaan yang membosankan. Tidak sedap dipandang. Â
"Dan aku punya rutinitas sebelum tidur. Aku akan menggosok gigiku. Membersihkan mukaku dengan toner, juga mengoleskan krim malam. Aku harus menggunakannya karena usiaku sudah lebih dari tiga puluh tahun. Aku tak mau menua dan keriput. Kamu tak akan suka menciumku dengan wajah penuh krim malam."Â
Laki-laki di depan mulai tak sabar. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling resto.Â