Ku masukkan kembali kameraku. Lantas mengirim pesan ke Bayu, rekan seniorku.
[Udah dapet fotonya Bang. Aku langsung balik atau kemana lagi?]
Sent.
"Saya pendatang baru. Belum kenal Juang." Perempuan itu mengusap kayu nisan.
Aku ber-o pelan. Menjawab sekadarnya.
"Tinggalnya dimana Bu? Deket makam sini?" Tanyaku basa-basi. Kulihat di depan ada perumahan lama.
"Iya. Tuh di sana." Perempuan itu menunjuk jalan depan makam.
Aku mengangguk lantas berpamitan pulang. Perempuan itu tersenyum ganjil. Menyisakan wewangian bunga pada udara di sekitar kami.
Aku harus berjalan melewati beberapa blok makam sebelum mencapai gerbang. Di pojok depan ada makam baru selesai dikubur. Aku antri berjalan di belakang rombongan pelayat yang hendak pulang.
Aroma pandan dan wewangian menguar ketika aku lewat. Sekilas kutengok keluarga yang ditinggal. Seorang remaja memegang pigura foto seorang perempuan. Mungkin ibunya, pikirku lalu.
Langkahku mendadak berat. Jantungku berdetak kencang. Kuhentikan kaki dan kutengok sekali lagi. Perempuan tua itu tersenyum ganjil dari dalam pigura. Kulemparkan pandanganku ke makam Juang. Sepi. Tidak ada siapapun.