Biaya hidup dan sekolah anak-anak ke depan semakin meningkat. Jika suami-istri sama-sama bekerja, tentu lebih ringan dijinjing cicilan dan tagihan bulanan.
Sayangnya, definisi membantu ini dimanfaatkan oknum suami untuk menjadikan istri sapi perahan. Suami seperti ini justru berleha-leha dalam bekerja.Â
Miskin harta, miskin inisiatif, gengsi tinggi, pilah pilih pekerjaan dan mengandalkan gaji istri semata. Kejamnya, mereka tak tahu diri. Menghabiskan pendapatan istri untuk urusan di luar kebutuhan keluarga. Drama sekali bukan?
Ada banyak situasi dalam rumah tangga orang lain yang kita tak paham kebenarannya kecuali dari salah satu pihak aja. Â Kecuali anda konselor. Anda mungkin bisa mendapatkan cerita secara utuh.
Di antara pro-kontra istri bergaji tinggi daripada suami, hari ini kita berada di situasi abnormal. Masih bekerja saja sudah beruntung. Tak peduli suami atau istri. Asal keluarga utuh dan tercukupi kebutuhannya.
Setahun ini menjadi masa adaptasi panjang bagi sebagian keluarga. Pandemi dan resesi secara perlahan membuat definisi bekerja tidak lagi dominan diperankan laki-laki atau suami. Masa bodoh soal gaji siapa yang lebih tinggi. Masih berpenghasilan saja sudah disyukuri.
Di salah satu dusun di Yogyakarta, saya menemukan para perempuan yang sebelumnya mencukupkan diri di rumah, kali ini berdaya dari rumah. Pandemi mengubah situasi ekonomi keluarga. Para suami mendapat PHK atau pekerjaannya tidak selancar sebelumnya.
Alih-alih memikirkan pekerjaan yang sesuai passion atau latar belakang pendidikan, para perempuan ini memilih bangkit. Mereka memilih mengerjakan apa saja yang baik, menghasilkan dan minim meninggalkan keluarga. Memproduksi makanan ringan dan berjualan salah satunya. Pasar tiban di Sidokerto menjadi lokasi pemasaran mereka.
Dalam situasi di atas, istri berpenghasilan lebih tinggi bukan menunjang gaya hidup siapapun. Mereka hanya menolak tumbang dan memilih berdaya. Semangat ini semoga menginspirasi para pencari nafkah keluarga.
Tak masalah penghasilan istri lebih tinggi, asal suami paham kewajiban menanggung nafkah tetap di pundaknya bukan dari tangan istri.
Baca:Â Agar Wanita Karir Lebih Hemat Energi Urus Rumah Tangga