Mohon tunggu...
Joshephine Maretta
Joshephine Maretta Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Ilmu Komunikasi ✨

Selanjutnya

Tutup

Film

Serial "The Hunger Games", Adaptasi Novel Trilogi

10 Desember 2021   00:30 Diperbarui: 10 Desember 2021   01:09 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi para penggemar film, tentunya sudah tidak asing lagi dengan film yang diadaptasi dari sebuah karya sastra. 

Biasanya, karya sastra yang diangkat menjadi film merupakan karya yang telah populer di tengah masyarakat. Bahkan, sampai sudah memiliki kelompok penikmat atau fans (Ardianto, 2014, h.19). 

Film adaptasi ini termasuk cukup mendapatkan banyak perhatian dari para penonton. Hal ini dikarenakan adanya rasa ingin mengonfirmasi apa yang ada di imajinasi ketika membaca karya sastra tersebut dengan visualisasi yang dibentuk dalam film. 

Namun, seringkali seseorang yang sudah membaca karya sastra atau novelnya merasa hasil film tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi yang dimiliki. 

George Bluestone (dalam Ardianto, 2014, h.19) menjelaskan tentang “The Two Ways of Seeing”, yang dimana mempertanyakan persamaan dan perbedaan yang ada pada film dengan novel, serta mencari hubungan antara kedua media tersebut. 

Susan Hayward juga menjelaskan bahwa film adaptasi adalah film yang idenya berangkat dari karya sastra, tetapi ada kemungkinan cerita yang baru tidak sama persis dengan aslinya (Ardianto, 2014, h.20).

Tidak hanya itu, menurut Susan (dalam Ardianto, 2014, h.21), adaptasi film dari karya sastra dibagi menjadi tiga kategori, diantaranya adaptasi atas karya klasik, drama panggung atau teater, dan adaptasi karya sastra kontemporer, termasuk fiksi populer.

Sesuai dengan topik kali ini, kita akan membahas tentang salah satu film bergenre sci-fi yang merupakan adaptasi dari sebuah karya sastra. Film tersebut adalah film serial “The Hunger Games”.

Trilogi “The Hunger Games”

Serial “The Hunger Games” diadaptasi dari buku Trilogi “The Hunger Games” karya Suzanne Collins. Trilogi tersebut terdiri dari The Hunger Games (2008), Catching Fire (2009), dan Mockingjay (2010). 

Ketiga trilogi itu juga semuanya diangkat menjadi sebuah film yang diproduksi oleh Lionsgate.

Hal yang menjadi perbedaan antara buku dengan film adalah pembagian dari trilogi tersebut, yang dimana pembuatan filmnya dibagi menjadi empat film. 

Untuk memahami alur ceritanya pun harus menonton sejak serial pertama karena seluruh filmnya saling berhubungan. 

Sumber: www.thefilmagazine.com
Sumber: www.thefilmagazine.com

Dari trilogi tersebut, film diawali dengan judul “The Hunger Games (2012)” yang disutradarai oleh Gary Ross. Kemudian, dilanjutkan dengan “The Hunger Games : Catching Fire (2013), “The Hunger Games : Mockingjay - Part 1 (2014)”, dan “ The Hunger Games : Mockingjay - Part 2 (2015)”. Namun, untuk ketiga sekuel terakhir terjadi pergantian sutradara, yakni menjadi Francis Lawrence (Anwar, 2021).

Berdasarkan rating pada Internet Movie Database (IMDb), “The Hunger Games : Catching Fire” menempati rating yang paling tinggi yaitu 7.5. Sebaliknya, “The Hunger Games : Mockingjay - Part 1” dan “The Hunger Games : Mockingjay - Part 2” memiliki rating yang sama yakni 6.6 dari 10. 

Film “The Hunger Games : Mockingjay - Part 1” (2014) 


Untuk membahas lebih lanjut mengenai adaptasi film, maka kita akan mengambil salah satu film dari trilogi “The Hunger Games” yaitu “The Hunger Games : Mockingjay - Part 1”.

Setelah Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) dan Peeta Mellark (Josh Hutcherson) memenangkan kompetisi, mereka diharuskan berkeliling ke semua distrik untuk memberikan pidato kemenangan.

Ketika mereka berkeliling memberikan pidato, Katniss dan Peeta melihat adanya pemberontakan, bahkan mereka berhasil menghancurkan kubah Hunger Games. 

Katniss dan Peeta pun sebenarnya termasuk bagian pemberontak. Namun, saat kubah tersebut hancur, Peeta ikut menghilang dan dari sinilah kisah Katniss dimulai.

Katniss ditunjuk oleh Coin, ketua pemberontak, sebagai Mockingjay yang merupakan ikon propaganda pemberontak. 

Peeta yang menghilang pun tiba-tiba muncul di tayangan televisi dan mengatakan bahwa pemberontakan yang telah ia lakukan sebelumnya merupakan hal yang salah.

Dengan pengakuan Peeta tersebut berhasil menyulut emosi para pemberontak hingga akhirnya mulailah perseteruan antara para pemberontak dengan Capitol (Zahra, 2020).

Berdasarkan CNN Indonesia, terdapat beberapa perbedaan antara film dengan buku dari “The Hunger Games : Mockingjay” ini .

Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah tokoh Effie Trinket seharusnya tidak muncul di Distrik 13, ia hanya muncul di akhir cerita. Namun, pada film tokoh Effie ini tetap muncul dengan penampilan yang sangat berbeda dari biasanya.

Sumber: pinterest.com/@The Hunger Games
Sumber: pinterest.com/@The Hunger Games

Sementara itu, tokoh Finnick dalam buku diceritakan perjuangan emosionalnya melewati hari-harinya karena pertarungan sebelumnya. Namun, pada film banyak adegan Finnick yang dipotong, padahal ia termasuk memegang peran yang penting (Armandani, 2014).

Sumber: thehungergames.fandom.com
Sumber: thehungergames.fandom.com

Beberapa adegan lainnya juga ada perbedaan, terutama dalam hal menambah efek dramatis film sehingga yang sebenarnya tidak ada di buku menjadi ditambahkan di film.

Daftar Pustaka

Anwar, I. C. (2021, 18 September). Urutan Menonton The Hunger Games: Catching Fire Hingga Mockingjay. Tirto. Diakses melalui tirto.id

Ardianto, D. (2014). Dari Novel ke Film: Kajian Teori Adaptasi sebagai Pendekatan dalam Penciptaan Film. Panggung, 24(1), 16-24. 

Armandani, Karina. (2014, 24 November). 5 Perbedaan Film dan Buku The Hunger Games: Mockingjay. CNN Indonesia. Diakses melalui www.cnnindonesia.com

Zahra, S. M. (2020, 13 November). Sinopsis The Hunger Games Mockingjay Part 1: Pemberontakan Katniss. Tirto. Diakses melalui tirto.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun