Depok - Sore itu, Rabu (30/6) dari kejauhan terdengar suara klakson Kereta Rel Listrik (KRL) yang sebentar lagi akan melintas.Â
Seorang laki-laki bergegas menarik tali yang menghubungkan dua palang pintu sambil menjawab pesan yang ia terima melalui walkie talkie. Ia adalah Burhanudin yang biasa dipanggil Burhan.
Palang pintu manual yang terhubung dengan tali itu menutup jalan dari dua arah, sehingga tidak ada kendaraan yang bisa melintasi rel kereta. Tak lama kemudian, kereta dari arah Jakarta melintas. Hembusan angin kencang pun menyertai laju kereta tersebut.
Bisingnya suara kereta yang lewat sudah biasa didengarnya. Debu-debu beterbangan yang menghalangi pandangan pun ia rasakan setiap hari. Ketika panas terik, sambil mengawasi perlintasan kereta itu, dari jauh ia dapat melihat fatamorgana.Â
Sebaliknya, ketika hujan deras, yang terlihat adalah kabut. Namun ia tak mengeluh, semua ia jalani dengan tulus dan ikhlas.
Setiap hari, Burhan menjaga dan mengawasi pintu perlintasan kereta di gang Haji Dul, Depok. Hal ini ia jalani sejak tahun 2003.Â
Lokasinya memang bukan di jalan raya yang luas, tetapi di dalam sebuah gang yang cukup besar dan menjadi penghubung antara beberapa RW di kelurahan Bojong Pondok Terong. Oleh karena itu, volume kendaraan yang biasa melintas di jalan tersebut cukup padat.
Menjaga dan mengawasi pintu perlintasan kereta ini dilakukan secara bergantian dengan delapan orang temannya. Tetapi, biasanya saat bertugas, terutama ketika malam hari beberapa orang dari mereka juga ikut berkumpul dan berjaga.Â
Burhan biasanya bertugas pukul 16.00 - 18.00 dan 21.00 - 23.00 WIB. Tetapi, jika di waktu lain ada teman yang berhalangan hadir, Burhan menggantikannya.
Dalam setiap pekerjaan, pasti ada kesulitan yang harus dihadapi dan dijadikan pengalaman. Begitu juga dengan Burhan, terkadang ia mengalami kesulitan saat menjaga dan mengawasi pintu perlintasan kereta.