Mohon tunggu...
Yosia San elsas
Yosia San elsas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Malang, S1 Ekonomi Pembangunan

Saya ada seorang introvert dengan hoby musik, menulis dan bermain videi game, saya juga sangat menyukai hal hal berbau vintage. Saya aktif di pergerakan mahasiswa khusus berkaitan kebijakan kampus dan kesejahteraan mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Mengenal Green Investment dan Hubungannya dengan Ekonomi Hijau

19 Oktober 2023   23:00 Diperbarui: 20 Oktober 2023   00:11 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia, khusunya Jakarta pada tahun 2022 menjadi wilayah dengan polusi udara tertinggi di dunia. Sumber: GoodStats

Isu lingkungan menjadi wacana yang sangat hangat diperbincangkan beberapa dekade ini. Lingkungan adalah hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda. Kesatuan tersebut termasuk benda mati (abiotik) atau makhluk hidup (biotik). Lingkungan hidup sangat mempengaruhi ruang lingkupnya, seperti misalnya hewan, manusia, dan tumbuhan. Komponen lingkungan hidup yang ada dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kelangsungan kehidupan di suatu lingkungan hidup. 

Agar suatu lingkungan hidup dapat dimanfaatkan terus-menerus maka kelestarian lingkungan mutlak dipertahankan. Dari pengertian ini, kita dapat memahami secara lebih dalam arti penting melestarikan dan menjaga lingkungan. Banyak kerusakan lingkungan yang menjadi tanggung jawab moral kita sebagai masyarakat dunia, khususnya Indonesia. Adapun beberapa kerusakan lingkungan yang diakibatkan perorangan ataupun kelompok antara lain, hilangnya hutan, emisi karbon, pencemaran sungai maupun laut dan masih banyak lagi.

Lingkungan juga menjadi fokus penting dalam Pembangunan Berkelanjutan (the 2030 Agenda for Sustainable Development atau SDGs). Dalam pembahasaan berkaitan dengan SDGs juga ditegaskan bahwa pembangunan yang berkelanjutan tidak dilihat melalui pilar-pilar, melainkan satu kesatuan yang terdiri dari ekonomi, sosial dan lingkungan atau disebut juga sebagai model nested  (yang melihat hubungan ketiganya secara komprehensif: ekonomi bagian dari sosial, dan sosial bagian dari lingkungan). Ini berarti SDGs melihat bahwa tak ada tujuan yang terpisah apalagi bertentangan di antara ketiganya.  Secara tegas, ini juga berarti hanya bentuk-bentuk ekonomi yang tunduk pada kepentingan sosial dan kelestarian lingkungan yang diperkenankan untuk dibangun dalam periode 2016-2030.

Berfokus kepada banyaknya isu lingkungan dan pengembangan pembangunan berkelanjutan (SDGs), sisi ekonomi mengambil peran yang besar. ekonomi yang terus dikembangkan adalah ekonomi restoratif, yaitu kegiatan ekonomi yang memperbaiki kondisi lingkungan yang rusak. Ada juga ekonomi konservatif, yaitu kontribusi ekonomi untuk memelihara kondisi lingkungan yang masih baik.  Inilah yang kerap disebut sebagai ekonomi hijau. Penerapan ekonomi hijau juga dinilai dapat menekan emisi karbon dioksida. 

Studi yang diluncurkan pada 2015 oleh United Nations Office for REDD+ Coordination in Indonesia (UNORCID) serta lembaga PBB untuk lingkungan hidup, UNEP mengungkapkan dengan penerapan ekonomi hijau, emisi karbon dioksida kumulatif yang dihasilkan selama 2015 hingga 2030 hanya setara 689 juta ton karbondioksida (CO2). Sementara itu, penerapan ekonomi secara biasa dapat menghasilkan setara 2.484 juta ton CO2 dalam kurun waktu sama. Ekonomi hijau ini lah nantinya yang akan diharapkan dapat mengatasi isu-isu kelestarian lingkungan berlandaskan dengan kegiatan ekonomi.  Salah satu cara masyarakat untuk menyukseskan ekonomi hijau itu sendiri adalah dengan melakukan Green Investment.

Sekarang kita harus memahami mengenai Green Investment itu sendiri. Green Investment adalah upaya preventif entitas bisnis dalam melestarikan lingkungan dan mengurangi dampak atas aktivitas perusahaan dengan melakukan pembiayaan pro lingkungan. Perushaan di masa sekarang menganggap biaya lingkungan menjadi sebuah beban yang dapat mengurangi pendapatan dan laba perusahaan yang berakibatkan kepada ketidakpeduliaan terkait lingkungan dan sosial perusahaan tersebut. 

Di kutip dari penelitian Tanasya di tahun 2020, Sesuai dengan teori legitimasi, adanya dukungan dari masyarakat terkait kegiatan lingkungan perusahaan sesuai norma dan Batasan dalam masyarakat. Adanya Green Investment diharapakan mampu menurunkan tingkat emisi karbon dan terealisasinya ekonomi hijau dengan pertimbangan adanya tuntutan dari pemegang saham. Hal ini adalah bentuk investasi jangka panjang dan berdampak positif pada lingkungan dan citra keberlanjutan perusahaan.

Salah satu contoh dari pengembangan Green Investment itu sendiri ada di indonesia, yaitu Indeks SRI-Kehati. Bursa Efek Indonesia (BEI) berkerjasama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Yayasan KEHATI) dalam membuat indeks ini.  Tujuan indeks ini  berfokus pada kesadaran dari kalangan investor untuk berinvestasi dengan melihat tanggung jawab sosial dari perusahaan yang tergabung dan juga menanggapi  penerapan Corporate Social Responsibility (CSR).

Dari indeks ini kita tahu bahwa, investor diharapkan lebih tepat dalam memilih perusahaan untuk berinvestasi dengan menghindari perusahaan-perusahaan yang kegiatan operasinya berdampak pada lingkungan seperti penggundulan hutan, polusi udara, emisi yang berlebihan dan lain sebagainya. Indeks SRI-KEHATI juga dijalankan berdasarkan tren investasi dunia. Hal itu merujuk pada pertimbangan investor yang tak hanya fokus pada aspek finansial, tetapi juga aspek lingkungan, sosial, dan prinsip pembangunan berkelanjutan (SDGs).  Daftar dari emiten SRI-Kehati sendiri ada banyak, contoh nya Astra International Tbk (ASII), Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), Bank Central Asia Tbk (BBCA), Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan masih banyak lagi. 

Indeks Sri-Kehati mengalami peningkatan berkaitan dengan investasi yang berdampak, mulai dari tahun 2013-2017 Sumber: www.goodnewsfromindonesia.id
Indeks Sri-Kehati mengalami peningkatan berkaitan dengan investasi yang berdampak, mulai dari tahun 2013-2017 Sumber: www.goodnewsfromindonesia.id

Dari pembahasaan dan pengenalaan berkaitan dengan lingkungan, ekonomi dan pembangunana berkelanjutan. Kita sekarang paham, Green Investment memiliki dampak yang signifikan. Perusahaan juga akan terdorong untuk memiliki kebijakan yang mengutamakan kelestarian lingkungan dan tidak hanya memikirkan soal keuntungan. Perusahaan tersebut akan lebih mampu menciptakan inovasi yang nyata, misalnya dengan mengembangkan teknologi atau model bisnis yang ramah lingkungan. 

Selain itu portofolio Green Invesment berkelanjutan juga turut mendukung penerapan energi terbarukan yang bersih sekaligus pemberdayaan masyarakat sehingga kembali ke cita-cita seluruh bangsa, yaitu menerapkan ekonomi hijau secara tepat dan efisien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun