Mohon tunggu...
Lusia Gayatri Y
Lusia Gayatri Y Mohon Tunggu... -

pemerhati pendidikan anak. blog:lusiagayatriyosef.wordpress.com contact:ms.lusiagayatriyosef@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Konflik yang Mengendalikan Manusia atau Manusia yang Mengendalikan Konflik?

14 Mei 2014   00:26 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:32 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo pembaca, apa kabar?

Semoga kita semua senantiasa dalam semangat membuat keadaan menjadi lebih baik dan semakin baik.

Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi mengenai pengalaman dalam menghadapi konflik. Saya percaya sebagai pemimpin dan pengikut pasti pernah mengalami konflik. Definisi konflik adalah tekanan yang muncul dari sumber-sumber yang berbeda, sumber tersebut meliputi konflik psikologis atau konflik antara individu atau antara kelompok (Bateman & Snell, 2013). Konflik psikologis adalah individu perlu memutuskan saat ia menghadapi beberapa pilihan yang menarik, atau tidak ada satupun pilihan yang menarik.  Konflik yang muncul diantara dua orang adalah tekanan yang muncul akibat keputusan yang berbeda dari dua orang. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat saya katakan konflik antara kelompok adalah tekanan yang muncul akibat keputusan yang berbeda dari dua hingga lebih kelompok. Definisi kelompok dalam hal ini adalah kumpulan dari beberapa orang (Setiawan, 2013).

Kemudian, apa yang ingin saya sampaikan mengenai hubungan manusia dengan konflik?

Saat kita menghadapi konflik maka perlu mengambil waktu untuk menenangkan hati kita, terutama. Setelah itu, harapannya, kita dapat berfikir untuk menemukan solusi yang terbaik. Mengingat berfikir merupakan aktivitas yang cukup kompleks. Seperti yang diungkapkan oleh Yuwono (n.d) bahwa dengan berfikir seorang individu seakan-akan berbicara dengan dirinya sendiri, ia mengerjakan pengetahuan yang telah dimiliki, ia menganalisa isi pikirannya, menguraikan dan membandingkan dan menyusun kembali, ia menarik kesimpulan yang berarti kemajuan bagi pengetahuan yang telah ada (Yuwono, n.d). Harapan selanjutnya ketika kita dapat berpikir adalah kita dapat menggunakan logika dengan baik. Logika adalah kecakapan dan ilmu yang mengatur kegiatan budi (Yuwono, n.d).

Kemudian, apa dampak apabila kita sering melatih keterampilan menggunakan logika dengan konflik?

Hasil yang diharapkan dari logika ialah kita cakap berpikir sendiri dan bersikap logis dan kritis (Giles, n.d). Definisi sikap kritis adalah berpikir dahulu, menyelediki dahulu, dan tidak “begitu saja” menerima suatu pendapat atau penjelasan seakan-akan sudah pasti benar, atau tergesa-gesa menarik kesimpulan yang “umum.” Menurut saya setelah individu mau dan mampu melatih keterampilan menggunakan logika maka ia memiliki kontrol penuh kepada dirinya sendiri dalam mengendalikan konflik. Artinya konflik yang dikendalikan oleh manusia bukan manusia yang dikendalikan oleh konflik. Saya berpendapat bahwa keterampilan tersebut merupakan keterampilan yang berupa latihan dan individu perlu rajin melatih dirinya sendiri. Hingga, pada suatu saat ia mampu mengetahui kapan ia harus terlibat dalam konflik tanpa perlu dikendalikan oleh konflik? Kapan ia perlu terlibat/menyelami/berenang bersama konflik untuk memahami dirinya dan konflik yang sedang terjadi? Saya tidak dapat mengatakan keterampilan tersebut diperoleh dalam jangka waktu 1-3 tahun atau 5-10 tahun namun saya mempercayai bahwa semakin rajin kita melatih diri sendiri untuk bersahabat dengan konflik maka kita akan semakin lincah hidup bersama konflik.

Hal yang saya bahas ini hampir serupa dengan istilah yang sering kita dengar yakni keterampilan spiritual/kecerdasan spiritual/spiritual question/SQ, keterampilan emosi/kecerdesan emosi/emotion question/EQ. Jadi, untuk memperoleh keterampilan-keterampilan tersebut kuncinya adalah kita mampu menentukan atau mengendalikan perilaku kita “Kapan konflik yang akan mengendalikan perilaku kita?” dan “Kapan perilaku kita yang akan mengendalikan konflik?” Pertanyaan refleksi yang hampir serupa tetapi tidak sama. Apabila kita tidak teliti dan tidak lincah, kita akan bingung dalam 2 pertanyaan refleksi tersebut.

Jadi, pelihara selalu perilaku teliti dalam menghadapi konflik. Percayalah, ketelitian didukung kesabaran akan membuahkan solusi yang terbaik juga pelajaran hidup yang manis pada akhirnya.

Baiklah, pembaca, salam hangat & salam sukses selalu!

Selamat berani hidup! Selamat menghidupkan sisi kemanusiaan yang anda miliki!

Definisi kata:

bu·di n 1 alat batin yg merupakan paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk.

kon·flik n 1 percekcokan; perselisihan; pertentangan.

so·lu·si n penyelesaian; pemecahan (masalah dsb); jalan keluar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun