Menjaga Kehidupan Di Bawah Laut Untuk Mewujudkan SDGs 14 Life Below Water
Lautan adalah paru-paru dunia yang menyerap sekitar 30% karbon dioksida (CO2) dan lebih dari 90% panas yang terperangkap akibat perubahan iklim. Oleh karena itu, SDGs (Sustainable Development Goals) 14 atau Life Below Water bertujuan melestarikan dan memanfaatkan sumber daya laut secara berkelanjutan. Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, menyimpan lebih dari 76% keanekaragaman hayati terumbu karang dunia dan menjadi rumah bagi ribuan spesies ikan. Namun, menjaga laut bukan hanya tanggung jawab nasional, tetapi juga bagian dari komitmen global.
Tantangan Global
Polusi plastik adalah salah satu tantangan utama yang mengancam ekosistem laut di seluruh dunia. Laporan World Economic Forum (2021) menyebutkan bahwa sekitar 8 juta ton plastik mencemari lautan setiap tahun. Di samping itu, penangkapan ikan yang berlebihan atau overfishing telah menjadi ancaman serius bagi keseimbangan ekosistem laut global. Laporan FAO (2020) menunjukkan bahwa 34% stok ikan dunia kini mengalami tekanan berlebihan. Tanpa pengelolaan yang tepat, kelangsungan berbagai spesies ikan penting bisa terancam.
Tantangan di Indonesia
Indonesia juga menghadapi ancaman serius dari pencemaran plastik dan praktik penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun 2022, Indonesia mencatatkan produksi sampah plastik sekitar 3,2 juta ton per tahun, dengan 620.000 ton di antaranya mencemari lautan. Situasi ini berdampak langsung pada kehidupan spesies laut seperti ikan kerapu dan udang yang bernilai ekonomi tinggi. Selain itu, sekitar 25% wilayah perikanan Indonesia mengalami tekanan akibat overfishing, yang berkontribusi pada menurunnya hasil tangkapan ikan dan ekonomi masyarakat pesisir.
Dampak terhadap Manusia
Kerusakan ekosistem laut berdampak besar terhadap ekonomi dan kehidupan masyarakat pesisir di Indonesia. Di Kepulauan Seribu, penurunan terumbu karang yang disebabkan oleh kenaikan suhu air laut dan pencemaran telah mengurangi hasil tangkapan ikan hingga 30% dalam satu dekade terakhir. Selain itu, akumulasi mikroplastik di dalam ikan dapat meningkatkan risiko kesehatan bagi masyarakat yang mengkonsumsi hasil laut.
Penelitian LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) pada 2021 menunjukkan bahwa lebih dari 60% sampel ikan dari Laut Jawa mengandung mikroplastik. Hal ini menjadi ancaman nyata bagi keamanan pangan masyarakat pesisir.
Solusi untuk Mewujudkan SDGs 14 Life Below Water
Untuk mewujudkan SDGs 14 ini, beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan adalah:
1. Kurangi sampah -- sebagian besar sampah yang kita hasilkan di daratan berakhir di lautan. Hentikan penggunaan kantong plastik, Penggunaan dan pembuangan plastik yang salah merupakan penyebab utama pencemaran laut.
2. Adakan proyek pembersihan sungai dan lautan. Libatkan seluruh masyarakat untuk membersihkan sungai, tepi pantai, atau lautan setempat.
3. Jalankan kampanye tentang dampak penggunaan plastik di laut dan samudra.
4. Belilah ikan lokal dan bersertifikat. Anda dapat mendukung produsen skala kecil dengan berbelanja di pasar dan toko lokal.
Menjaga kelestarian laut bukan hanya soal ekosistem, tetapi juga tentang masa depan manusia dan ekonomi yang bergantung pada laut. Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta diperlukan agar upaya pelestarian laut dapat tercapai. Laut yang sehat berarti masa depan yang terjaga.
Penyusun Artikel:
- Adinda Fitri Aulia
- Fahtia Maharani
- Nadiyah Putri Zaherdini
- Yoshi Julia Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H