Di antara keramaian dan kesibukan sehari-hari di daerah Prawirotaman, terdapat keinginan yang mendorong saya untuk menelusuri lebih jauh, melampaui toko-toko dan cafe yang berderet. Sebatas keinginan awal untuk menjelajah sudut-sudut yang tersembunyi. Namun, perjalanan ini membawa saya pada penemuan suatu tempat dengan nuansa seni kebudayaan yang menarik, di mana tidak saya sadari selama 20 tahun tinggal di Yogyakarta.Â
Pagi yang cerah dengan sinar matahari yang lumayan menusuk kulit mengawali perjalanan saya dari Bantul menuju Prawirotaman. Lembaran baru petualangan dimulai ketika sepeda motor saya hidupkan. Mengarungi jalan yang berkelok di tengah hembusan angin, saya melaju dengan antusias di antara pepohonan yang bergoyang dan cuitan burung merdu seakan memberi semangat. Suasana jalan dipenuhi alur kendaraan yang beriringan bercampur dengan kehidupan keseharian yang menciptakan irama urban pada setiap tikungannya. Perjalanan ini sudah membawa saya merasakan getaran kehidupan wisata urban yang bercampur dengan kehidupan lokal yang sangat khas. Kurang lebih setelah menempuh 30 menit perjalanan, pada pukul 8.30 WIB Â saya sampai di Prawirotaman. Adapun jarak Prawirotaman jika dari Pusat Kota sekitar 5 kilometer dan dapat ditempuh kurang lebih 7 menit. Â
Sebelum mulai strolling around Prawirotaman, saya bertemu dengan teman saya sewaktu masih SMA di depan Pasar Prawirotaman. Dia merupakan warga lokal Prawirotaman yang juga merupakan pelaku usaha. Selain bertegur sapa, dia juga menceritakan sedikit banyak tentang Prawirotaman. Faktanya, Prawirotaman sendiri merupakan daerah wisata yang sangat kental dengan sejarahnya. Adapun dulunya Prawirotaman merupakan pusat industri batik cap yang sangat terkenal pada tahun 1970-an, namun mulai meredup dan berganti menjadi jasa penginapan. Wilayah Prawirotaman sendiri dibagi menjadi 3 bagian, yaitu Prawirotaman I di mana lebih sarat dengan keagungan tradisi yang terletak di sebelah barat, Prawirotaman II merupakan pusat kehidupan malam yang gemerlap, dan Prawirotaman III di sebelah timur yang penuh penginapan dengan desain kontemporer dan bercampur antara modernitas dan tradisional. Selain bercerita, beliau juga menyarankan saya untuk lebih fokus menelusuri Prawirotaman I karena banyak nuansa tradisional yang indah namun jarang dikunjungi.
"Kalo kamu kepo sama kehidupan lain dari Prawirotaman mending keliling Prawirotaman satu aja, di sana jarang ada wisatawan yang tahu kalau emang bukan minatnya pada budaya, padahal banyak banget yang bisa di explore, apalagi kamu suka yang berbau-bau budaya gitu kan?" (Audi, 29 Oktober 2023).
Akhirnya setelah berbincang kurang lebih 45 menit, saya melanjutkan perjalanan dengan menitipkan sepeda motor di rumah depan Hotel Pulung, Yogyakarta. Sebagai seseorang yang menyukai pariwisata dan budaya, saran yang telah diberikan memperkuat motif perjalanan saya untuk menelusuri lebih dalam kehidupan yang ada di Prawirotaman dengan berjalan kaki agar pengalaman yang didapatkan lebih terasa otentik. Langkah demi langkah dengan penuh rasa semangat membawa saya ke bagian daerah Prawirotaman I. Terdapat banyak penginapan, toko buku yang belum lama dibangun, dan pesona toko-toko klasik yang menjual barang kerajinan tangan seperti Batik, kerajinan kayu, dan lain sebagainya. Selain itu, terdapat bangunan Hotel yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya, yaitu Hotel Tirtodipuran yang masih terjaga dan tetap lestari.Â
Berjalan lebih jauh menuntun saya ke salah satu pertigaan yang mana tidak jauh dari situ saya melihat sebuah toko batik, yaitu Batik Seno. Batik Seno adalah galeri batik lukis yang telah berdiri lebih dari 30 tahun di Yogyakarta. Adapun pendiri dari galeri ini adalah Taslim BS seorang seniman lukis yang cukup terkenal. Namun, ternyata tempat tersebut bukan hanya toko batik biasa, melainkan juga galeri batik lukis yang didalamnya terdapat space proses pembuatan batik yang dapat dilihat oleh wisatawan secara langsung. Batik Seno ini memiliki banyak koleksi yang dijual seperti lukisan batik, topeng, kain batik lukis, dan lain sebagainya yang dibuat dengan sepenuh hati sehingga memiliki makna yang mendalam pada setiap karyanya. Â Warna-warna yang digunakan sangat mencolok dan memikat mata untuk tak berhenti memandang. Di sana kita juga dapat bertemu dengan Bu Melinda Indini pengelola dan pemilik Galeri Batik Seno saat ini. Beliau memberikan penjelasan mengenai sejarah dan proses membatik di Batik Seno secara langsung. Suara halus canting terdengar ketika beliau menyentuh kain untuk memberi contoh cara membatik. Kebetulan juga saat itu terdapat rombongan dari salah satu walking tour yang sedang berkunjung.Â
"Membatik bukan hanya membatik. Proses membatik memiliki banyak tahapan seperti halnya kehidupan. Membatik mengajarkan mengenai keselarasan, konsistensi, dan kesabaran." (Melinda, 29 Oktober 2023).Â
Setelah mendapatkan penjelasan secara langsung oleh Bu Melinda, saya berkesempatan langsung untuk mencoba mencanting batik dengan alat-alat yang telah disediakan. Malam panas saya goreskan dengan penuh semangat dicampuri perasaan takut pertama kali mencoba. Namun, tanpa disadari malam menetesi tangan saya. Saya langsung berteriak kecil dan wajah mulai memerah. Ternyata reaksi saya menjadi tontonan peserta walking tour yang sedang mendengarkan penjelasan dari tour guide mereka. Mereka tersenyum dan menunjukan ekspresi sedikit kekhawatiran. Meskipun perih dan malu, momen tersebut menjadi kenangan yang lucu dan tak terlupakan dalam perjalanan wisata ini. Pada akhirnya setelah kejadian tersebut, saya didampingi oleh salah satu pembatik yang telah bekerja cukup lama disana. Saya juga belajar banyak dari beliau bahwa dalam membatik harus menggunakan hati dan tidak terburu-buru.Â
"Saya sudah lama bekerja disini sebagai pembatik. Membatik itu jangan tergesa-gesa tetapi yang penting dilakukannya dengan hati." (A, 29 Oktober 2023).Â
Batik Seno sendiri membuka kelas melukis batik dengan berbagai macam paket yang dapat diambil. Paket workshop tersebut meliputi, full process batik dengan 5 jam pemrosesan batik hingga pewarnaan dengan biaya Rp300.000/ orang, paket small size Rp200.000/orang dengan 2-3 jam pembuatan dan pewarnaan, dan paket terakhir adalah short size Rp75.000/orang dengan proses 1-2 jam. Paket tersebut sudah termasuk dengan kain dan free minuman. Akan tetapi, size kain akan menyesuaikan paket yang diambil, yaitu semakin besar paket semakin besar kain. Workshop tersebut dapat dilaksanakan setiap hari Sabtu dan Minggu. Saya sendiri tidak mengambil paket tersebut dikarenakan belum melakukan pemesanan yang seharusnya dilakukan 2 hari sebelum kunjungan. Namun, betapa beruntungnya saya diperbolehkan untuk mencoba belajar mencanting. Oleh sebab itu, untuk pengalaman membatik yang lebih detail wisatawan disarankan mengambil paket workshop dan memesannya maksimal dua hari sebelumnya. Jika ingin membeli batik juga telah disediakan daftar harga yang cukup bervariasi. Harga Batik Painting di Batik Seno sendiri mulai dari Rp150.000 hingga Rp3.500.000 yang mungkin bisa dibeli setelah selesai menikmati koleksi dan belajar membatik.Â
Tidak terasa hari sudah mulai sore yang mengharuskan saya menyudahi petualangan perjalanan ini. Melalui setiap langkah di Prawirotaman I, saya merasa tenggelam dalam keindahan dan keunikan budaya yang disajikan oleh setiap jalan kecil dan galeri tersebut. Prawirotaman 1 dan tempat-tempat seni menjadi satu bagian yang membuka pintu penuh warna dengan kehidupan lokal dan suasana yang hangat. Terlebih lagi, pengalaman yang tak terlupakan ketika saya menemukan tempat terpencil yang menggetarkan hati dan memberikan banyak edukasi serta insight baru. Disana saya tidak hanya menikmati proses pembuatan batik, tetapi juga belajar mengenai sejarah dan filosofi dibalik goresan canting. Petualangan ini menjadi petualangan yang lebih mendalam dari sisi lain hiruk pikuknya wisata malam Prawirotaman yang terkenal. Prawirotaman dan Galeri Batik Seno seakan menjadi suatu kesatuan yang menyempurnakan perjalanan dan pengalaman tak terlupakan dengan ukiran kenangan yang indah.Â
Perjalanan petualangan di Prawirotaman I dan Batik Seno sungguh penuh dengan sejarah, sosial-budaya, dan aktivitas yang bercampur melengkapi setiap perjalanan saya sebagai  wisatawan. Perjalanan ini bukan hanya sekedar dekatnya lokasi dengan lingkungan dengan keseharian saya, melainkan juga tentang eksplorasi pesona yang jarang diketahui oleh wisatawan domestik. Terlebih pesona tersembunyi dari sudut terpencil Prawirotaman I yaitu Galeri Batik Seno. Kesempatan bertemu orang-orang baru  mengajarkan saya akan kekayaan budaya yang tertuang dalam sejarah dan proses membatik serta arti keberagaman dan kesabaran. Dengan setiap langkah yang telah dilakukan menjadi bagian dari kehidupan Prawirotaman dan Batik Seno sebagai keindahan dan warisan budaya yang tak tergantikan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H