Tapi, situasi Arhan di Suwon FC ternyata tak berbeda jauh, bahkan cenderung lebih buruk dari klub sebelumnya. Dari segi jumlah penampilan, 2 penampilan sebagai pemain pengganti di liga kembali dicatatnya, kali ini dalam setahun.Â
Masalahnya, meski mencatat sejarah sebagai pemain Indonesia pertama yang bermain di kasta tertinggi Liga Korea Selatan, catatan bersejarah ini juga diwarnai dengan sebuah "sejarah" unik, yang sekaligus melengkapi secara ironis catatan debutnya di sana.Â
Entah karena grogi atau memang sedang apes, menantu politisi Andre Rosiade ini langsung mendapat kartu merah, hanya 3 menit setelah masuk lapangan sebagai pemain pengganti. Alhasil, simpulan lengkap debutnya di K-League menjadi:
"Pemain Indonesia pertama yang bermain dan langsung mendapat kartu merah di kompetisi kasta tertinggi Liga Korea Selatan"
Catatan historis ini terasa paradoksal, sehingga terlihat seperti sebuah lelucon. Sayangnya, memang begitulah fakta yang terjadi di lapangan.Â
Satu lagi penampilannya di K-League bahkan berdurasi lebih singkat, hanya 1 menit. Untungnya, kali ini tidak kena kartu merah.Â
Secara sederhana, durasi menit bermain Arhan di Suwon FC bisa disimpulkan dalam satu anekdot, saking terbatasnya:
"Jumlah menit bermain Pratama Arhan di K-League, kurang lebih sama dengan durasi memasak sebungkus mie instan."
Dengan menit bermain terbatas, bukan kejutan kalau pemain spesialis lemparan ke dalam ini dilepas pada awal tahun 2025. Sama seperti di Tokyo Verdy, program latihan dan sistem gaji klub yang sudah profesional, sekali lagi, membuat namanya tetap jadi langganan di tim nasional.
Selain ikut bermain di tim yang lolos ke fase gugur Piala Asia 2023, Arhan juga ikut bermain dalam tim yang lolos ke semifinal Piala Asia U-23 dan babak akhir kualifikasi Olimpiade 2024.Â
Dirinya bahkan mencetak gol penentu kemenangan di babak adu penalti melawan Korea Selatan di perempatfinal Piala Asia U-23. Sebuah kebetulan yang cukup unik, karena di tahun kalender yang sama, pemain kidal ini dikontrak Suwon FC.