Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Hadirnya Modernitas di Area Teknik Tim Garuda

9 Januari 2025   12:55 Diperbarui: 9 Januari 2025   17:52 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patrick Kluivert, pelatih baru Timnas Indonesia (Dok. PSSI.org)

Segera setelah mengumumkan perpisahan dengan pelatih Shin Tae-yong, PSSI langsung bergerak cepat, dengan mengumumkan nama Patrick Kluivert sebagai pelatih baru Timnas Indonesia. Dalam rilis resminya, PSSI menyebut eks penyerang Timnas Belanda itu dikontrak selama dua tahun dengan opsi perpanjangan.

Terlepas dari pro-kontra soal keputusan PSSI dan rekam jejaknya di dunia kepelatihan, kedatangan Kluivert membawa serta satu fitur menarik, yakni modernitas dalam struktur tim kepelatihan Timnas Indonesia. Seperti diketahui, eks pemain Ajax Amsterdam ini akan didampingi dua asisten pelatih asal Belanda, yakni Alex Pastoor dan Denny Landzaat. 

Dari keduanya, Alex Pastoor bisa dibilang mempunyai pengalaman paling banyak sebagai pelatih. Transfermarkt mencatat, dirinya pernah menjadi asisten Marco Van Basten (eks pelatih dan penyerang legendaris Timnas Belanda) di AZ Alkmaar.  

Sebagai pelatih kepala, pelatih kelahiran tahun 1966 ini sukses membawa Sparta Rotterdam dan Almere City promosi ke Eredivisie, kompetisi kasta tertinggi Liga Belanda. Di luar Belanda, pengalaman sebagai pelatih Slavia Praha (Republik Ceko) dan tim muda Fenerbahce (Turki) juga pernah dicicipinya. 

Dengan pengalaman melatih sejak tahun 2001, tidak mengejutkan kalau eks pelatih NEC Nijmengen ini akan fokus pada peran pelatih di balik layar. Boleh dibilang, Pastoor akan berperan sebagai "otak" di tim kepelatihan Timnas Indonesia. 

Menariknya, ada kesinambungan taktik, antara Alex Pastoor dan Shin Tae-yong. Brandon Liss, dalam artikelnya di totalfootballanalysis.com menyebut, saat membawa Almere City promosi dan bertahan di Eredivisie antara tahun 2022-2024, pelatih kelahiran Amsterdam ini banyak mengandalkan strategi "counter pressing" dan penjagaan perorangan.

Dua strategi ini merupakan strategi yang cukup familiar buat Timnas Indonesia, karena sudah biasa diterapkan di era Shin Tae-yong. Dengan sistem ini juga, pemain Tim Garuda akan dituntut berada dalam kondisi prima, supaya performa tim bisa maksimal.

Bedanya, Pastoor akan menghadirkan satu elemen tambahan, berupa sisi adaptif dalam hal formasi, dan tuntutan  untuk bermain lebih proaktif. Di Almere City, sisi adaptif taktik Pastoor terlihat dari fleksibilitas formasinya, yang bisa berubah sesuai situasi dan lawan yang dihadapi. 

Meski biasa mengandalkan formasi dasar 4-3-3, formasi ini bisa berubah menjadi 4-2-3-1 dalam situasi bertahan. Menariknya, pelatih berlisensi UEFA Pro ini juga tak gagap saat menerapkan formasi 3 bek tengah seperti 3-5-2, yang pada situasi bertahan bisa berubah menjadi 5-3-2 saat bebertahan. 

Formasi tiga bek tengah  ini cukup sering digunakan Timnas Indonesia di era kepelatihan Shin Tae-yong. Boleh dibilang, kedatangan pelatih baru Timnas Indonesia akan meneruskan apa yang sudah ada, bukan mulai dari nol, apalagi minus.

John Pastoor dan Denny Landzaat (Tribunnews.com)
John Pastoor dan Denny Landzaat (Tribunnews.com)

Di sisi lain, Denny Landzaat tampak akan berperan sebagai "asisten" Pastoor sekaligus "mata" buat tim. Pengalamannya sebagai asisten pelatih di sejumlah klub, termasuk menjadi asisten Giovanni Van Bronckhorst di Feyenoord Rotterdam, dan pernah menjadi penasehat teknik di Timnas Belanda menjadi nilai plus. 

Nilai plus lainnya, pelatih berlisensi A UEFA ini diketahui mampu berbahasa Indonesia, karena memang mempunyai garis keturunan Maluku. Dengan latar belakang ini, bukan kejutan kalau Landzaat akan sering mendampingi Patrick Kluivert saat berjumpa awak media di Indonesia. 

Kluivert sendiri, tampaknya akan banyak berperan menjadi "wajah" sekaligus "mulut" buat tim. Mengingat popularitasnya semasa bermain, sosok pelatih berlisensi UEFA Pro ini akan sangat mudah dikenali dan menjadi daya tarik media.

Otomatis, atribut ini akan menjadikannya cukup sering muncul di media, sekaligus bisa digunakan untuk menarik minat pemain diaspora (khususnya di Belanda) untuk bersedia bergabung dengan Timnas Indonesia. 

Kebetulan, semasa melatih Timnas Curacao, keberadaan eks pemain Barcelona ini cukup sukses menarik minat pemain diaspora Curacao kelahiran Belanda macam Leandro Bacuna (eks pemain Aston Villa, klub kontestan Liga Inggris) menjadi pemain Timnas Curacao. 

Bisa jadi, PSSI akan mengharapkan adanya efek serupa. Kebetulan, di era Erick Thohir,  pencarian pemain diaspora Indonesia cukup intens, dengan sebagian besar dari mereka ditemukan di Belanda.

Kesamaan Curacao dan Indonesia (dalam hal keberadaan pemain diaspora di Belanda) sendiri ada, karena kedua negara ini sama-sama eks koloni Belanda. Jejak sejarah ini membuat kedua negara sama-sama punya komunitas masyarakat diaspora di Belanda. 

Sepintas, pembagian tugas seperti ini terlihat rumit, tapi menjadi satu fenomena umum sepak bola modern, terutama di level dunia. Inilah satu bentuk modernitas peran di area teknis, yang akhirnya hadir di Indonesia. 

(Kiri-kanan) Juergen Klopp, Zeljko Buvac, Peter Kraweitz, John Achtenberg, dan Pep Linders (Mirror.co.uk)
(Kiri-kanan) Juergen Klopp, Zeljko Buvac, Peter Kraweitz, John Achtenberg, dan Pep Linders (Mirror.co.uk)

Di antara nama-nama pelatih top, ada Juergen Klopp (Jerman) yang pernah awet didampingi Zeljko Buvac (asisten pelatih) dan Peter Kraweitz (analis) saat melatih Mainz, Borussia Dortmund, dan Liverpool, antara tahun 2001-2024.

Meski posisi Zeljko Buvac di Liverpool pada prosesnya diganti Pep Linders tahun 2018, keberadaan tim pelatih ini menghadirkan pembagian tugas yang unik sekaligus tegas. Sesuai spesialisasi masing-masing, ketiganya punya sebutan khusus. 

Dilansir Mirror.co.uk, Juergen Klopp menyebut Buvac (dan Linders) sebagai "otak" di tim kepelatihannya, sementara  Kraweitz disebut sebagai "mata" tim kepelatihan. Pada prakteknya, Klopp sendiri juga menjadi "jantung" sekaligus "mulut" karena dirinyalah yang biasa berinteraksi langsung dengan media, sekaligus menjadi figur penting di ruang ganti tim. 

Di Liverpool, pelatih yang belakangan menjadi Head of Global Soccer di Grup Red Bull ini juga ikut membantu dalam proses transfer pemain, dengan ikut menjadi faktor penarik bagi pemain yang berminat. 

Poin "faktor penarik" inilah yang jadi tugas khusus Patrick Kluivert dari PSSI. Selain untuk menarik minat pemain diaspora, eks anak didik Louis Van Gaal ini bisa jadi cukup sibuk menjadi "penangkal petir" tim dari sorotan masif media dan suporter, supaya tim bisa lebih fokus saat harus mempersiapkan diri.

Pembagian tugas seperti ini bisa menjadi warna unik di tim kepelatihan Timnas Indonesia, karena pelatih kepala tak lagi memegang semua tugas sendirian. Seiring tumbuhnya modernitas dalam sepak bola, sebuah tim tak hanya terdiri dari para pemain di lapangan hijau, tapi juga tim pelatih di pinggir lapangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun