Di lapangan, William Saliba dkk cenderung bermain terlalu taktis. Dari mengandalkan situasi bola mati sebagai sumber gol, sampai memakai strategi tak biasa, seperti mengaburkan info waktu pasti pemulihan cedera pemain.
Di sepak bola modern, taktik memang menjadi aspek yang sangat dinamis, karena bisa juga digunakan sebagai strategi provokasi atau mengalihkan perhatian.
Masalahnya, ketika sebuah tim  menjadi sangat terpaku pada taktik, yang pada titik tertentu cenderung kurang variasi, ini sinyal lampu kuning. Kalau yang dibahas (masih) proses dan progres, maka sebenarnya sudah tidak lagi relevan.
Dari proses dan progres yang berjalan, Tim Gudang Peluru terbukti sudah naik setingkat demi setingkat. Maka, ketika sudah terbiasa finis di papan atas, ada tantangan untuk naik ke level berikutnya, yakni meraih gelar juara.
Ketika level ini ternyata belum juga bisa dicapai, jelas ada kemandekan. Jika situasinya "konsisten" seperti sekarang, dan jargon "Percaya Proses" tetap jadi tameng, ini rawan menciptakan situasi tak sehat.
Proses perkembangan performa tim dalam sepak bola, adalah satu hal yang terus berjalan dalam waktu lama, tapi ada saatnya tuntutan soal hasil datang, ketika progres demi progres sudah hadir.
Tekanan yang ada sudah pasti semakin kuat. Apalagi, jika proses itu berjalan di klub yang secara finansial dan kondisi secara umum oke seperti Arsenal.
Jika sebuah proses itu masih konsisten menjadi proses yang cenderung mandek, seharusnya itu tidak pantas dipercaya lagi sebagai awal kemajuan, karena sudah berubah menjadi titik jenuh, tepat sebelum kemunduran datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H