Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Benang Merah dalam Sengkarut Pergantian Pelatih Tim Garuda

7 Januari 2025   23:59 Diperbarui: 7 Januari 2025   23:59 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Segera setelah mendepak Shin Tae-yong dari pos pelatih Timnas Indonesia, PSSI secara konstan terus disorot, karena dinilai mengambil langkah tak biasa. Kesan janggal pun makin kuat, karena pakar transfer kenamaan Fabrizio Romano mengumumkan nama Patrick Kluivert sebagai pelatih baru.

Tapi, daripada mengulik situasi janggal di PSSI yang memang sudah terbiasa berpandangan "agak laen" sejak lama, ada satu benang merah yang terlihat, diantara Shin Tae-yong, PSSI, dan proyek pencarian pemain diaspora Indonesia.

Ketiganya berkelindan dalam saga pergantian pelatih Tim Garuda. Dalam rilis resmi saat pengumuman berpisah dengan Shin Tae-yong, Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI menyebut, ada friksi di dalam tim sejak bulan Oktober 2024 silam, yakni saat menghadapi Bahrain dan Tiongkok.

Friksi ini disebut menciptakan gap antara pelatih asal Korea Selatan itu dengan para pemain diaspora. Soal perlakuan pada pemain diaspora, STY juga sempat disorot, karena menepikan Elkan Baggott, Jens Raven, dan Eliano Reijnders.

Sepintas, langkah ini cukup bisa dimengerti, karena seorang pelatih biasanya punya pertimbangan khusus. Jens Raven misalnya, tak diberi kesempatan main di timnas senior dengan pertimbangan level stamina yang kurang, sekalipun pemain FC Dordrecht itu rajin mencetak gol di Timnas U-19.

Masalahnya, perlakuan seperti ini tidak sejalan dengan proyek pemain diaspora ala PSSI. Kesempatan tampil pemain diaspora yang cenderung dibatasi, rawan merusak daya tarik berupa kesempatan membela Timnas Indonesia, khususnya di mata para pemain diaspora yang berminat.

Seperti diketahui, kesempatan ini menjadi satu daya tarik utama bagi pemain diaspora Indonesia. Jika senjata andalan PSSI ini rusak, proyek pemain diaspora akan langsung berantakan.

Maka, untuk mencegah "kerusakan" lebih jauh, pergantian pelatih menjadi solusi. Secara strategis, keberadaan pelatih baru bisa menambah daya tarik di mata pemain diaspora, jika sosok yang datang punya nama besar atau daya tarik khusus.

Pertimbangan ini semakin masuk akal, ketika nama Patrick Kluivert masuk daftar kandidat pengganti Shin Tae-yong. Eks pemain Timnas Belanda ini pernah menjumpai proyek serupa di Timnas Curacao, dengan Leandro Bacuna (eks pemain Aston Villa) dan Cuco Martina (eks pemain Everton) sebagai pemain kunci.

Saat melatih tim negara eks koloni Belanda di Karibia itu, sosok Kluivert bahkan menjadi satu faktor penarik para pemain diaspora datang. Kebetulan, FFK (PSSI-nya Curacao) juga cukup aktif mencari pemain diaspora Curacao dari Belanda, seperti yang dilakukan PSSI. Bisa jadi, Kluivert diharapkan PSSI bisa mendatangkan efek serupa.

Entah kebetulan atau bukan, skenario ini seperti sudah menjadi cetak biru PSSI era Erick Thohir, termasuk rencana mendatangkan pelatih asal Belanda, demi menambah pemain diaspora. Di sini, PSSI terkesan ingin berusaha semaksimal mungkin, demi bisa lolos ke Piala Dunia 2026.

Uniknya, segera setelah Shin Tae-yong dicopot, nama-nama pemain diaspora Indonesia dari Belanda langsung bermunculan. Setelah Ole Romeny, Tim Geypens, dan Dion Markx diproses menjadi WNI, giliran Danny Van Den Heuvel (kiper Club Brugge, Belgia), Mitchel Bakker (bek Lille, Prancis), dan Tristan Gooijer (bek PEC Zwolle, Belanda) yang masuk radar.

Meski masih terkesan berorientasi instan, proyek pemain diaspora ala PSSI, setidaknya ada sedikit kemajuan di sini, karena organisasi yang terbiasa semrawut ini sudah mulai mengenal adanya proyek olahraga.

Tapi, karena proyek ini juga, sepertinya kata "proses" akan semakin samar terlihat di Timnas Indonesia. Bukan lagi karena tata kelola yang jelek, tapi karena PSSI sudah mulai bisa menemukan potensi nyata berupa pemain diaspora yang sudah "jadi", khususnya di Belanda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun