Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ruben Amorim, (Bukan) Solusi Instan Manchester United

24 Desember 2024   16:02 Diperbarui: 25 Desember 2024   16:13 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musim 2024-2025 menghadirkan rangkaian cerita rumit di Manchester United. Meski sudah mendatangkan Ruben Amorim menggantikan Erik Ten Hag di pos pelatih, performa tim malah cenderung "konsisten" di level medioker.

Pelatih asal Portugal ini awalnya diharapkan datang sebagai solusi instan perbaikan performa tim. Maklum, ia didatangkan dengan profil sebagai salah satu pelatih berbakat di Eropa, berkat prestasinya di Sporting Lisbon.

Berhubung klub ibukota Portugal itu punya situasi kurang lebih sama dengan Manchester United era kekinian, harapan itu terlihat masuk akal. Pelatih muda dengan taktik gaya modern dan teruji di klub yang kesulitan berprestasi.

Profil ini terdengar menjanjikan. Apalagi, Amorim datang bersama sejumlah staf pelatihnya di Sporting. Prospek ini terlihat makin cerah, karena segera setelah ditinggal pergi sang pelatih, Sporting yang tadinya melaju mulus di liga jadi limbung.

Parahnya, Joao Pereira yang ditunjuk menggantikan Amorim sudah didepak dari kursi pelatih Os Leoes menjelang Natal 2024, karena 4 kali kalah hanya dalam 8 pertandingan.

Dengan profil dan rekam jejak seperti itu, tidak mengejutkan kalau manajemen Manchester United langsung bergerak cepat memboyongnya ke Old Trafford, sekalipun musim kompetisi sedang bergulir. Kebetulan, pelatih kelahiran tahun 1985 ini juga sempat dipantau tim-tim besar Eropa, seperti Liverpool dan Real Madrid.

Masalahnya, sehebat-hebatnya kinerja Amorim sebagai pelatih, ia bukan pesulap yang bisa  memperbaiki performa tim dalam sekejap. Malah, skema andalan eks pemain Benfica ini membuat Bruno Fernandes dkk tetap inkonsisten.

Meski punya pola pakem 3-4-3 dan gaya main agresif, ada satu kelemahan lain yang menjelma jadi sasaran empuk, yakni bola-bola silang. Sebelumnya, pertahanan memang sudah jadi titik lemah, dan menjadi semakin ringkih, karena kebobolan dari bola-bola silang seolah jadi satu rutinitas tim di era Amorim.

Salah satu titik nadirnya datang, ketika gawang United kebobolan lewat sepak pojok Son Heung-Min, saat kalah 3-4 dari Tottenham Hotspur, dibajang Carabao Cup. Terlepas dari kejelian bintang Korea Selatan itu, kebobolan langsung dari sepak pojok jelas menunjukkan, seberapa rapuh pertahanan tim.

Kelemahan ini semakin lengkap, karena kiper Tim Setan Merah sama-sama sering salah posisi saat menghadapi situasi bola mati atau umpan silang. Parahnya, selain rapuh di situasi seperti itu, kelemahan warisan era Erik Ten Hag, yakni rawan dijebol serangan balik cepat, juga masih terlihat.

Tak heran, tim seperti Bournemouth bisa menang 3-0 di Old Trafford, dalam lanjutan Liga Inggris, walau secara permainan tidak dominan. Cukup bermain efektif, dengan memaksimalkan umpan silang dan serangan balik cepat, tiga poin sudah didapat.

Dua kekalahan beruntun ini, tanpa ampun langsung menghapus euforia kemenangan 2-1 di derby Manchester, atas tim yang sebenarnya juga sedang bermasalah.

Memang, Amorim secara efektif baru bertugas sejak bulan November, dan tim yang dilatihnya memang sudah bermasalah sejak musim 2023-2024. Jadi, ia tidak bisa disalahkan sepenuhnya atas performa medioker tim kesayangan Manchunian.

Ada banyak aspek yang harus dibenahi, sebelum akhirnya punya tim yang cukup kuat menanggung harapan, dan itu tidak instan. Pelatih juara Liga Champions seperti Jose Mourinho dan Louis Van Gaal saja pernah dicap gagal di sini.

Celakanya, akibat belanja jor-joran di era Erik Ten Hag, ditambah absensi di Liga Champions, The Red Devils masih harus menjaga keseimbangan neraca keuangan klub, sebelum bisa belanja pemain baru.

Jadi, kalaupun bisa belanja dan merombak tim, Amorim perlu waktu cukup lama untuk bisa membangun tim ideal versinya

Masalahnya, dengan manajemen klub yang  kacau, ditambah tingkat kesabaran relatif tipis, tim ideal itu tak akan sempat terbentuk, karena ia keburu didepak dari kursi pelatih.

Di era pasca Sir Alex Ferguson pensiun, situasi ini sudah jadi fenomena umum. Tidak adanya visi yang jelas dari manajemen, membuat setiap pelatih yang datang cenderung hanya mengandalkan ide tim ideal versinya, tapi ide ini tak pernah benar-benar terwujud, karena sang pelatih keburu dipecat saat performa tim jeblok.

Gawatnya, setiap kali pelatih baru datang, selalu ada perombakan tim, yang akhirnya tak pernah selesai, karena pelatih keburu diganti. Alhasil, kemunduran demi kemunduran terus muncul di Teater Impian.

Jangankan lolos ke Liga Champions atau juara Liga Inggris, menghadapi tim medioker saja sudah kerepotan. Jika tak ada perbaikan berarti, sehebat apapun profil pelatih yang datang, selama manajemen klub klub tidak punya rencana jangka panjang yang jelas, kemunduran yang sudah ada sekarang akan semakin parah di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun