Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Perjalanan Panjang Kopi Indonesia

18 November 2024   12:44 Diperbarui: 18 November 2024   13:39 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era kekinian, kopi menjadi satu komoditas pangan yang lekat dengan keseharian. Bagi penikmatnya, kurang afdol kalau dalam sehari tidak minum kopi.

Secara umum, minum kopi di Indonesia telah menjadi satu hal yang membudaya. Fenomena ini tak lepas dari fakta bahwa Indonesia merupakan salah satu negara produsen kopi terbesar di dunia, bersama Vietnam, Brasil dan Kolombia (Marsilani & Sukartiko, 2020).

Uniknya, Wahyudi & Jati (2012) menjelaskan, meski tumbuh di sejumlah daerah, dan sudah ada sejak dulu, kopi sejatinya bukan tanaman asli Indonesia. Secara historis, kedatangan kopi ke Nusantara tak lepas dari ambisi bisnis kompeni Belanda (VOC) untuk mengembangkan kopi di Nusantara, yang belakangan menjadi komoditas andalan.

Alhasil, bibit kopi dari wilayah Kananur, Malabar (India) pun didatangkan ke Jawa pada tahun 1696, atas bantuan Andrian van Ommen (Gubernur Jenderal Belanda di Malabar). Di India sendiri, kopi mulai dibudidayakan sejak tahun 1600 di Chikmaglur, area dataran tinggi di Mysore,  India Selatan.

Ide ini pertama kali dicetuskan Nicolaas
Witsen, selaku Gubernur Jenderal VOC, dengan pulau Jawa, yang dinilai subur, sebagai lokasi awal. Kelak, dari sinilah  kopi dibudidayakan ke berbagai wilayah di Indonesia, dan menjadi seperti yang kita ketahui sekarang.

Pada prosesnya, Panggabean (2011) memaparkan, selama hampir 2 abad sejak tahun 1696, kopi Arabika menjadi satu-satunya varietas kopi yang dibudidayakan dan diperdagangkan di Nusantara. Namun, wabah penyakit karat daun (hemileia vastatrix) pada tahun 1876, membuat produksi kopi Arabika turun drastis, bahkan nyaris ludes.

Hal ini memaksa pemerintah kolonial Belanda melakukan diversifikasi, dengan membudidayakan varietas kopi Liberica (kopi dengan "hint" rasa buah nangka, antara lain masih dapat dijumpai di wilayah Banyuwangi, Jawa Timur) dan Robusta (yang belakangan menjadi komoditas kopi terbesar di Indonesia).

Jika melihat sejarahnya, boleh dibilang dibilang, kopi merupakan satu komoditas "warisan" era kolonial, yang berkembang menjadi satu potensi komoditas unggulan di era modern, sekaligus bagian dari budaya populer di Indonesia, yang sudah "ditempa" melalui proses panjang selama 3 abad lebih.

Baca juga: Kopi

Berkat proses panjang ini juga, daerah penghasil kopi di Indonesia tersebar dari Aceh sampai Papua. Dari beragam jenis kopi yang tumbuh di Indonesia, data dari Kementerian Pertanian (2019) mencatat, Robusta menjadi varietas kopi dengan persentase terbesar, yakni 68,95%, disusul Arabika dengan 27.98%.

Persentase ini sejalan dengan paparan Bhran (2010) yang menjelaskan, Arabika dan Robusta merupakan jenis kopi yang paling populer di pasar global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun