Masalahnya, nilai "sakral" dalam fungsi spiritual tarian tersebut, membuatnya tak bisa sembarangan dikomersialkan. Aspek spiritual ini jugalah, yang membuat para seniman (terutama di era modern) cenderung berhati-hati, dalam menciptakan kreasi budaya.
Padahal, selain punya potensi nilai ekonomis, kreasi budaya juga bisa menjadi media pelestarian seni budaya klasik, karena kreasi budaya umumnya berakar dari budaya klasik. Lewat kreasi budaya, sebuah karya seni akan lebih adaptif, dan tetap relevan dengan dinamika perubahan zaman, sehingga bisa tetap eksis.
Karena itulah, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dan pihak-pihak terkait perlu mendukung berkembangnya ruang kreasi budaya secara lebih luas, supaya kekayaan budaya Indonesia yang istimewa tidak hilang ditelan kemajuan zaman.
Pelestarian budaya ini penting, karena disinilah letak jati diri orang Indonesia.
Jangan sampai, modernitas dan globalisasi di era digital ini membuat orang Indonesia sampai kehilangan "akar" nya sebagai orang Indonesia
Referensi:
Antari, L. P. S. (2018). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Pada Tari Kecak. Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Seni, 7(1), 57-74.
Erawati, N. M. P. (2019). Pariwisata Dan Budaya Kreatif: Sebuah Studi Tentang Tari Kecak Di Bali. Kalangwan: Jurnal Seni Pertunjukan, 5(1), 1-6.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI