Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Barcelona: "Adios" Tiki-taka, Selamat Datang Masa Depan

27 Oktober 2024   21:39 Diperbarui: 27 Oktober 2024   21:53 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul di atas adalah satu pesan tersirat yang hadir, dari pertandingan El Clasico La Liga Spanyol, Minggu (27/10, dinihari WIB).

Secara luar biasa, Barcelona yang masih "bokek" secara finansial mampu meluluhlantakkan skuad mewah Real Madrid dengan skor 4-0 di Santiago Bernabeu. Sepasang gol Robert Lewandowski, plus masing-masing satu gol  Lamine Yamal dan Raphina menandai terbitnya fajar baru di tim Catalan.

Tak ada lagi tiki-taka yang selama bertahun-tahun jadi identitas tunggal kebanggaan klub. Di Madrid, Barca menjelma jadi tim yang lebih futuristik, karena bisa bermain taktis, tapi tak kehilangan sisi keindahan.

Sisi taktis tim asuhan Hansi Flick langsung terlihat, lewat strategi garis pertahanan tinggi plus, yang secara konsisten diterapkan. Strategi ini cukup bisa dimengerti, karena Real punya Vinicius dan Kylian Mbappe yang terkenal cepat dan gesit.

Los Blancos juga masih punya Jude Bellingham, yang musim lalu sangat moncer, tapi pemain Timnas Inggris itu sedang tampil melempem.

Dengan adanya pemain-pemain cepat yang terampil seperti itu, menugaskan satu-dua orang pemain secara khusus rawan jadi blunder. Maka, garis pertahanan tinggi menjadi solusi ideal, karena jebakan offside selalu bisa "menjerat" pemain-pemain dengan lari kencang secara kolektif.

Maka, tidak mengejutkan kalau Real Madrid sampai 12 kali terjebak offside, dengan Mbappe mendapat 8 diantaranya. Di saat Real Madrid buntu, strategi "serangan kilat" Barca mampu menggempur balik.

Setiap kali ada celah untuk menembak, disitu muncul peluang. Jadi, tidak mengejutkan kalau Blaugrana bisa membuat total 15 tembakan, dengan 9 diantaranya mengarah ke gawang.

Apesnya, pelatih Carlo Ancelotti gagal menciptakan kontrastrategi, karena tim asuhannya sudah terlanjur percaya diri, setelah mampu unggul secara permainan di babak pertama. Inilah yang akhirnya jadi bumerang.

Keyakinan Kylian Mbappe dkk justru membuat Robert Lewandowski dkk leluasa melakukan "blitzkrieg" seperti tank Panser, dan mencetak empat gol di babak kedua. Ini jelas bukan tipikal khas Barca, yang biasanya coba mendikte alur laga, dan cenderung berusaha unggul di setiap detail permainan sejak kick off.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun