Entah kebelet eksis atau faktor lain, sejak dari Malioboro, orang-orang seperti berebut demi bisa difoto dan masuk siaran langsung "Mas Banter" (Bahasa Jawa: cepat). Padahal, Speed datang ke Jogja untuk berwisata.Â
Otomatis, ia butuh ruang privasi cukup luas, dengan kenyamanan yang terjamin. Kalau kemana-mana diikuti terlalu banyak orang, dan suasananya cenderung tidak kondusif, ini akan jadi mimpi buruk, dan akan lebih runyam lagi jika kesan negatif itu ikut memengaruhi minat Youtuber internasional mampir ke Indonesia.Â
Maklum, selain mengunggah video kesan positif, ada juga dokumentasi video siaran langsung berdurasi dua jam lebih, yang merekam semua momen baik-buruk secara lugas.Â
Berikut link videonya:
(Video siaran streaming Speed di Jogja)
Idealnya, memang perlu ada edukasi, penertiban atau sejenisnya, supaya kejadian serupa tidak terulang. Apalagi, selain membawa kesan positif, kunjungan "Bang Kecepatan" ke Yogyakarta juga meninggalkan satu catatan minor soal bahaya laten FOMO, yang bisa merusak potensi dan daya tarik wisata Indonesia.
Di era media sosial seperti sekarang, keberadaan Youtuber internasional seperti Speed sebenarnya bisa jadi potensi menarik di sektor pariwisata. Semakin banyak Youtuber internasional yang datang, semakin luas juga cakupan audiens dan wilayah Indonesia yang bisa dipromosikan.Â
Karena Youtube dan platform aplikasi digital berbeda dengan media konvensional, Kemenparekraf dan pihak-pihak terkait perlu mulai serius menggarap potensi dari para Youtuber internasional. Begitu juga dengan kreator internasional di platform aplikasi lain.Â
Dengan catatan, ada dukungan keamanan memadai, dan koordinasi yang baik sejak awal, supaya pengalaman "suasana tidak kondusif" seperti pada momen kunjungan IShowSpeed di Jogja tidak terulang.
Bisa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H