Babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia telah menuntaskan dua pertandingan perdana di jeda internasional FIFA bulan September 2024. Dari sekian banyak kejutan yang muncul, Timnas Indonesia menjadi salah satu tim yang mampu membuat kejutan paling besar.
Meski secara peringkat FIFA menjadi salah satu tim nonunggulan, dan di atas kertas terlihat seperti "pelanduk di antara gajah", catatan hasil imbang 1-1 atas Arab Saudi dan 0-0 atas Australia mampu membalik berbagai keraguan.
Tim yang menjadi wakil tunggal Asia Tenggara ini terlihat berbeda, karena punya pemain yang mampu menjadi pembeda. Salah satunya Maarten Vincent Paes, yang sejatinya baru mencatat debut di partai melawan Arab Saudi.
Untuk ukuran pemain debutan, performa kiper FC Dallas ini memang luar biasa. Penempatan posisinya selalu pas, sesuai cara baca namanya. Ketenangan dan refleksnya juga istimewa.
Di luar atribut klasik khas kiper itu, Paes juga cukup nyaman dengan bola di kakinya. Sebuah atribut lengkap yang memberi tim rasa aman di lini belakang.
Tak heran, lini belakang Timnas Indonesia tampak lebih solid, dan Paes dua kali dinobatkan menjadi pemain terbaik alias Man of The Match di laga melawan Arab Saudi dan Australia. Performa ini jelas istimewa, karena tim yang dihadapi adalah tim papan atas Asia.
Dengan standar performa yang dihadirkan, kiper kelahiran tahun 1998 ini mampu meng-upgrade kualitas kiper tim asuhan Shin Tae-yong secara signifikan.Â
Bukan berarti Ernando Ari atau Nadeo Argawinata jelek, tapi Maarten Paes ada di level lain. Pengalaman bermain di Eredivisie Belanda dan MLS terbukti telah menciptakan standar yang sangat berbeda dari Liga Indonesia.Â
Untuk ukuran Asia, sangat jarang ada kiper tim nonunggulan yang menjadi pemain terbaik, saat menghadapi tim raksasa secara beruntun, dan Paes adalah satu dari contoh langka itu.
Level kualitas ini menjadi kepingan puzzle yang melengkapi kehadiran Jay Idzes di pos bek tengah. Dengan kemampuan bek Venezia (Italia) itu mengatur pertahanan, ditambah kemampuan istimewa Paes, Tim Merah Putih seperti punya pertahanan berlapis yang layak untuk dilihat sebagai satu kekuatan tim.
Pergeseran kekuatan ini menjadi satu hal bagus, karena lini belakang yang kerap jadi titik lemah telah berubah menjadi satu kekuatan baru. Sebuah perubahan transformatif yang berdampak signifikan.
Sepanjang performanya minimal bisa tetap konsisten dan bebas cedera, eks kiper FC Utrecht ini tentu akan jadi andalan utama Timnas Indonesia di babak kualifikasi Piala Dunia 2026. Mimpi Garuda untuk terbang lebih tinggi pun bukan lagi mimpi kosong.
Menariknya, keberadaan eks kiper NEC Nijmengen di Timnas Indonesia bisa menjadi satu peringatan keras buat kiper dari liga domestik untuk berusaha semaksimal mungkin meningkatkan kemampuan dan performa.
Kalau mereka tak berkembang, bukan tak mungkin hilang dari radar. Apalagi kalau PSSI menemukan lagi kiper diaspora berkualitas minimal setara Maarten Paes.
Suka atau tidak, performa ciamik Paes di bawah mistar, ditambah kemampuan Jay Idzes di lini belakang seolah menjadi jawaban, inilah level kualitas yang dibutuhkan, jika Indonesia ingin bisa kompetitif di level Asia, bahkan lebih tinggi, bukan lagi mentok di kawasan ASEAN.
Untuk saat ini, level kualitas itu sudah terlihat di lini belakang, dan berhasil mengejutkan Arab Saudi dan Australia. Jika lini tengah dan depan punya kualitas sebagus lini belakang, lengkap dengan kedalaman kualitas di bangku cadangan, rasanya Thom Haye dkk bisa membuat kejutan lebih besar.
Akankah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H