Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pemain Diaspora, Poin Pembeda Timnas Indonesia

6 September 2024   06:44 Diperbarui: 6 September 2024   14:36 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia mengawali perjalanan di babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia dengan menahan imbang tuan rumah Arab Saudi 1-1, Jumat (6/9) dinihari WIB. Hasil ini didapat, setelah gol kejutan Ragnar Oratmangoen mampu dibalas Musab Al Juwayr di injury time babak pertama.

Jika melihat rekam jejak pertemuan kedua tim, satu poin dari Tanah Suci ini adalah capaian spesial. Maklum, sejak pertama kali bertemu tahun 1983, Indonesia mencatat selusin kekalahan dan 3 hasil imbang dari 15 pertemuan.

Secara kolektif, hasil imbang melawan Tim Elang Hijau memang buah kerja keras para pemain dan seluruh elemen tim. Tapi, keberadaan para pemain diaspora menjadi aspek pembeda yang signifikan.

Selain gol Ragnar Oratmangoen, penampilan solid lini belakang yang digalang Jay Idzes, plus lini tengah yang dimotori Thom Haye, mampu membuat Tim Garuda memberi perlawanan seimbang kepada salah satu tim raksasa Asia.

Keputusan pelatih Shin Tae-yong memainkan 9 pemain diaspora Indonesia sebagai starter di Jeddah terbukti jitu, terlepas dari kendala suhu panas khas wilayah Timur Tengah.

Tidak banyak lagi pelanggaran sembrono atau momen kena provokasi lawan. Semua benar-benar berusaha main fokus dan simpel.

Saat ada pelanggaran pun, tak banyak lagi drama protes berlebihan. Berkat fokus yang terjaga inilah, sejumlah peluang Arab Saudi mampu dibendung, dengan  penyelamatan penalti Maarten Paes muncul sebagai satu momen terbaik.

Ketenangan dan fokus memang sudah lama menjadi masalah klasik Tim Garuda. Itu masih belum termasuk masalah mendasar, seperti stamina dan teknik mengoper bola dengan benar.

Tapi, dengan adanya pemain diaspora, titik lemah itu bisa tertutup, setidaknya untuk sementara. Otomatis, gap kualitas yang selama ini jadi masalah pun berkurang.

Di satu sisi, pemain diaspora Indonesia yang didatangkan PSSI era Erick Thohir memang membantu progres Timnas Indonesia. Dengan standar baku dan pemilihan terukur, kualitas pemain yang didatangkan bukan abal-abal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun