Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

ETH dan Arne Slot dalam Sebuah Kontradiksi

2 September 2024   17:04 Diperbarui: 2 September 2024   17:04 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Arne Slot (pelatih Liverpool) dan Erik Ten Hag (pelatih Manchester United) (Dailystar.co.uk)

Selain membuat sistem yang lebih dinamis, Slot juga mampu menaikkan level performa pemain seperti Ryan Gravenberch dan Luis Diaz yang dinilai "kurang" musim lalu. Sepasang gol Diaz dan dominasi Gravenberch di lini tengah menjadi satu bukti kehebatan sang pelatih.

Jadi, wajar kalau Manchester United bisa dibobol 3 kali di Old Trafford, dalam sebuah pertandingan yang secara situasi sudah "selesai" sebelum satu jam, tepatnya setelah Mohamed Salah menjebol gawang Andre Onana di awal babak kedua.

Sekalipun kalah dalam penguasaan bola, Si Merah mampu mengontrol situasi dan mengunci kemenangan 3-0. Saking nyamannya, pelatih asal Belanda itu dengan leluasa melakukan empat pergantian pemain di setengah jam terakhir waktu normal, untuk keperluan rotasi pemain mengakali jadwal padat.

Sebaliknya, Erik Ten Hag yang sudah mendatangkan sejumlah pemain baru, yakni Leny Yoro, Matthijs de Ligt, Noussair Mazraoui, Joshua Zirkzee dan Manuel Ugarte tampak buntu. Kedatangan staf pelatih baru macam Rene Hake dan Ruud Van Nistelrooy pun juga belum berdampak signifikan.

Pelatih asal Belanda ini masih bersikeras dengan idenya "meng-Ajax-kan" Setan Merah, dengan memboyong sejumlah eks anak asuhnya di Ajax. Dari Antony dan Lisandro Martinez di musim panas 2022, Andre Onana di musim panas 2023 lalu duo Matthijs de Ligt dan Noussair Mazraoui di musim panas 2024.

Meski masih konsisten labil di Liga Inggris, strategi ini tampak masih dipegang erat.
Memang, di bawah komandonya, Manchester United berhasil meraih Carabao Cup dan Piala FA, tapi performa labil tim di Liga Inggris benar-benar menjadi satu masalah besar.

Apalagi, manajemen klub sudah rutin menggelontorkan dana transfer ratusan juta pounds, dan memberinya keleluasaan belanja besar tiap tahun.

Andai ETH berada di posisi Arne Slot, situasinya mungkin akan lebih runyam, karena ia kadung terbiasa dengan aneka previlese: kewenangan luas di Old Trafford, plus dukungan akademi dan tim pencari bakat kelas satu di Ajax.

Tapi, situasi kontras Arne Slot dan Erik Ten Hag di Liga Inggris, dengan kemenangan 3-0 Liverpool atas Manchester United di Old Trafford sebagai titik temunya, menjadi satu gambaran, dari seberapa parah kemandekan (dan mungkin kemunduran) MU bersama Ten Hag, dan seberapa menarik prospek Liverpool bersama Arne Slot, meski hanya belanja ala kadarnya.

Sepintas, ide meng-Ajax-kan The Red Devils terlihat menarik, tapi ini jelas sebuah kemunduran pola pikir, karena level kualitas aktual Ajax dan Eredivisie jelas tidak sama dengan era Rinus Michels dan Cruyff (1970-an dan 1980-an) atau Louis Van Gaal (1990-an). Di era kekinian, Eredivisie bahkan tidak termasuk dalam lima besar Liga top Eropa.

Kalau memang mengharapkan hasil sama persis, dengan sistem sama persis juga, ide meng-Ajax-kan United baru akan sukses besar, kalau klub kesayangan Manchunian itu pindah dari Liga Inggris, dan berkompetisi di Eredivisie Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun