Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Chelsea yang Masih Sama

19 Agustus 2024   14:28 Diperbarui: 20 Agustus 2024   19:43 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Enzo Maresca seusai laga Liga Inggris Chelsea vs Manchester City di Stamford Bridge, London, Minggu (18/8/2024) | AP PHOTO/DAVE SHOPLAND via Kompas.id

Musim baru, pelatih baru, dan sejumlah pemain baru. Biasanya, ini adalah kombinasi menjanjikan buat sebuah tim, saat musim baru datang.

Tapi, "kebiasaan" ini malah tidak (setidaknya belum) terlihat di Chelsea. Padahal, mereka sudah memboyong sejumlah pemain baru seperti Pedro Neto (Portugal, Filip Jorgensen (Denmark), dan Marc Guiu (Spanyol).

Di kursi pelatih, klub asal kota London ini mendatangkan Enzo Maresca, tak lama setelah berpisah dengan Mauricio Pochettino (Argentina) yang belakangan menjadi kandidat pelatih Timnas Amerika Serikat.

Meski eks pemain Sevilla ini hanya berpengalaman semusim melatih Leicester City di kasta kedua Liga Inggris, prestasi langsung "mengembalikan" Si Rubah ke kasta tertinggi dengan permainan menyerang jadi nilai plus.

Kebetulan, sejak era Todd Boehly, Chelsea seperti "terobsesi" dengan ide gaya sepak bola menyerang. Dengan profil sang Italiano sebagai eks staf pelatih Pep Guardiola di Manchester City, rasanya ini akan jadi rekrutmen menarik.

Kebetulan, tidak seperti musim-musim sebelumnya, persiapan Si Biru terlihat lebih rapi. Maklum, pelatih berkepala plontos ini sudah bertugas sejak dimulainya masa pramusim, awal Juli 2024 silam.

Secara teori, eks pelatih Parma ini (minimal) bisa fokus mempersiapkan tim dan menerapkan ide-ide taktiknya. Masalahnya, komposisi tim yang "gemuk" akibat transfer jor-joran malah membuat situasi terlihat kacau.

Ada eksperimen formasi dan pemain, tapi tim tidak padu sebagai satu unit. Hasilnya, dari enam laga pramusim, Enzo Fernandez dkk hanya meraih 1 kemenangan, 2 hasil imbang dan 3 kekalahan.

Jadi, wajar kalau dalam laga pekan pertama Liga Inggris musim 2024-2025, Minggu (18/8) lalu Manchester City mampu menang 2-0 di Stamford Bridge. Meski secara permainan cukup seimbang, gol Erling Haaland dan Mateo Kovacic mengunci perlawanan tim tuan rumah.

Dengan komposisi skuad yang "gemuk" di semua lini, The Blues sebenarnya cukup kuat menghadapi jadwal padat di Liga Inggris, piala domestik dan UEFA Europa Conference League.

Masalahnya, akibat jumlah pemain terlalu banyak, ditambah aktivitas belanja yang belum berhenti, Enzo Maresca tampak masih kesulitan menemukan formula ideal. Berhubung kesabaran para bos di Chelsea kadang lebih tipis dari selembar tisu, semua kemungkinan masih terbuka.

Maklum, Pochettino yang musim lalu cukup sukses membawa tim ke final Carabao Cup dan finis di zona Eropa saja dicopot, apalagi kalau grafik performanya biasa saja. Ikatan kontrak jangka panjang bukan jaminan bebas dipecat. Graham Potter sudah mengalami situasi ini tahun 2023 silam.

Masalah di Chelsea sebenarnya bukan sebatas performa pelatih, tapi situasi tim secara umum, yang masih terlihat semrawut karena manajemen masih merecoki urusan dapur tim, antara lain lewat belanja jor-joran.

Terlalu banyak intervensi dan belanja pemain yang cenderung kontraproduktif, karena menggunakan gaya manajemen klub ala game simulasi sepak bola di dunia nyata.

Image: GETTY via Express.co.uk
Image: GETTY via Express.co.uk

Kalau situasi seperti ini masih berlanjut mau pelatihnya Pep Guardiola sekalipun, situasinya akan tetap kacau. Kalaupun bisa diperbaiki, butuh waktu lama, karena sudah banyak yang amburadul sejak Todd Boehly dan kolega datang.

Selama manajemen klub masih jor-joran belanja pemain dan punya kesabaran supertipis, sulit untuk melihat Chelsea bisa kembali kompetitif di papan atas Liga Inggris, setidaknya dalam waktu dekat.

Terlalu sering ganti pelatih tidak akan memperbaiki masalah, karena pelatih bukan pesulap. Malah, mereka bisa turun kelas lebih cepat jadi tim level medioker, sepanjang tak ada perbaikan berarti.

Di sisi lain, komposisi tim yang "gemuk" memang akan berguna dalam periode sibuk. Tapi, tanpa kedalaman kualitas yang baik, ini akan jadi masalah, karena meski kuat secara kuantitas, tim tidak cukup kuat secara kualitas. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun