Masalahnya, akibat jumlah pemain terlalu banyak, ditambah aktivitas belanja yang belum berhenti, Enzo Maresca tampak masih kesulitan menemukan formula ideal. Berhubung kesabaran para bos di Chelsea kadang lebih tipis dari selembar tisu, semua kemungkinan masih terbuka.
Maklum, Pochettino yang musim lalu cukup sukses membawa tim ke final Carabao Cup dan finis di zona Eropa saja dicopot, apalagi kalau grafik performanya biasa saja. Ikatan kontrak jangka panjang bukan jaminan bebas dipecat. Graham Potter sudah mengalami situasi ini tahun 2023 silam.
Masalah di Chelsea sebenarnya bukan sebatas performa pelatih, tapi situasi tim secara umum, yang masih terlihat semrawut karena manajemen masih merecoki urusan dapur tim, antara lain lewat belanja jor-joran.
Terlalu banyak intervensi dan belanja pemain yang cenderung kontraproduktif, karena menggunakan gaya manajemen klub ala game simulasi sepak bola di dunia nyata.
Kalau situasi seperti ini masih berlanjut mau pelatihnya Pep Guardiola sekalipun, situasinya akan tetap kacau. Kalaupun bisa diperbaiki, butuh waktu lama, karena sudah banyak yang amburadul sejak Todd Boehly dan kolega datang.
Selama manajemen klub masih jor-joran belanja pemain dan punya kesabaran supertipis, sulit untuk melihat Chelsea bisa kembali kompetitif di papan atas Liga Inggris, setidaknya dalam waktu dekat.
Terlalu sering ganti pelatih tidak akan memperbaiki masalah, karena pelatih bukan pesulap. Malah, mereka bisa turun kelas lebih cepat jadi tim level medioker, sepanjang tak ada perbaikan berarti.
Di sisi lain, komposisi tim yang "gemuk" memang akan berguna dalam periode sibuk. Tapi, tanpa kedalaman kualitas yang baik, ini akan jadi masalah, karena meski kuat secara kuantitas, tim tidak cukup kuat secara kualitas.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H