Untuk urusan belanja, momen yang bisa dimanfaatkan ada pada momen promosi spesial di toko online, misalnya promo "tanggal kembar" yang tiap bulan datang. Ada juga momen seperti "flash sale" atau cuci gudang stok lama.
 Kalau ada harga diskon, kenapa tidak?
Sebagai peminum kopi tanpa gula, saya tidak pernah merasa perlu mengejar kopi berharga super mahal, karena harga mahal kadang tidak menjamin.
Selama kopi itu punya rasa pahit dan "taste note" natural khas kopi (seperti rasa buah dan masam pada arabika atau rasa coklat dan pahit pada robusta) kopi itu cukup layak diseruput.
Malah, dari kopi "murah" yang kadang dianggap remeh para "pendekar kopi" ini, saya sedikit banyak belajar mengenali karakteristik rasa kopi. Sesuatu yang ternyata tidak banyak dikuasai "pendekar kopi".
Dari ragam karakteristik rasa yang ada, semuanya unik, dan semakin unik karena menjadi potret kebhinekaan. Tidak ada yang terbaik atau terburuk, karena semua punya ciri khas sendiri.
Jadi, jika keunikan ini sampai dirusak oleh ego "pendekar kopi" yang menganggap diri paling benar, maka ini adalah sebuah kemunduran. Budaya minum kopi yang bangkit kembali menjadi tren kekinian di Indonesia, ternyata menghadirkan juga oknum intoleran, yang tanpa malu merendahkan perbedaan selera.
Memalukan sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H