Di saat negara-negara lain bisa mengirim sampai ratusan atlet ke Olimpiade, Indonesia hanya bisa mengirim 29 atlet ke Prancis. Sebuah pembuktian sempurna, yang membuktikan, jumlah atlet di suatu negara tidak sepenuhnya berbanding lurus dengan populasi negara itu.
Apakah Indonesia perlu mendaftar jadi tuan rumah Olimpiade dulu, supaya bisa mengirim banyak atlet dan mendapat lebih banyak medali?
Kalau iya,patut diduga, jangan-jangan mentalitas "jago kandang" nya memang sudah sebegitu parah. Seekor burung garuda yang biasa terbang gagah saat bertanding di negeri sendiri, ternyata hanya seekor burung emprit saat bersaing di tingkat dunia, sebagai tamu di negeri orang.
Di sisi lain, kegagalan kontingen Indonesia berbicara banyak di Paris justru menunjukkan, kegagalan adalah satu momen paling "jujur" karena bisa memperlihatkan semua masalah di baliknya secara frontal, termasuk masalah mental di segala level, tanpa ada yang ditutupi.
Selebihnya, tinggal bagaimana kegagalan itu direspon. Kalau responnya sebatas merasa "baik-baik saja" jangan kaget kalau setiap Olimpiade datang, kontingen Indonesia konsisten "tipis" dan targetnya turun kelas: dari "membawa pulang medali emas" menjadi "asal dapat medali".
Pahit, tapi begitulah cara mentalitas toksik bekerja dan membuahkan hasil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H