Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sengkarut Kriteria Batas Usia Kerja

6 Agustus 2024   08:50 Diperbarui: 6 Agustus 2024   08:56 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mentang-mentang sedang ada "bonus demografi", pembatasan usia yang ada menjadi sewenang-wenang. Ditambah kriteria seabrek, perusahaan seperti berlomba-lomba mencari orang jenius yang bisa apa saja.

Sudah begitu, perlakuan saat proses rekrutmen juga semau gue. Jarang ada kejelasan, dan kebanyakan berakhir dengan kena "ghosting". Konyolnya, ketika ada kandidat melakukan hal sama ke perusahaan, perusahaan akan jadi pihak yang merasa paling tersakiti.

Tapi, berseminya tren kerja kontrak jangka pendek, selain karena faktor dukungan regulasi, juga menunjukkan, ada tren "turnover" tenaga kerja cukup cepat, karena kontrak jangka panjang dinilai kurang efektif, khususnya kepada kalangan Gen Z yang cenderung lebih kritis dan frontal,

Bisa dibilang, perusahaan kena batunya, tapi tidak mau mengakui. Persis seperti pada sikap "ghosting" mereka pada kandidat, yang pada titik tertentu membuat iklan lowongan kerja mereka terlihat seperti sebuah "scam" alias penipuan, karena muncul dan menghilang seenaknya sendiri.

Malah, mereka terkesan seperti menutupi masalah diskriminasi usia, dengan menciptakan masalah lain, berupa tingkat "turnover" alias pergantian tenaga kerja yang meningkat.

Padahal, tingkat "turnover" yang tinggi justru menunjukkan, seberapa tidak stabil sebuah perusahaan. Kalau dibiarkan terus,  perusahaan akan semakin cepat menggali lubang kubur sendiri.

Ironisnya, fenomena diskriminasi usia lowongan kerja justru menampilkan sebuah paradoks dari negara tersayang. Sebuah negara yang menyebut diri "kaya" akan budaya justru kurang bisa memanusiakan manusianya.

Kalau benar kekayaan budaya itu ada, seharusnya tak ada lagi diskriminasi usia atau semacamnya, karena budaya sendiri ada untuk "memanusiakan manusia". Kalau ternyata masih ada diskriminasi, apalagi yang sistematis, berarti budaya negatif masih lebih kuat, ketimbang yang positif, karena manusia belum dilihat sepenuhnya sebagai manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun