Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

J League, Destinasi "Red Flag" Pemain Indonesia?

23 Juli 2024   20:44 Diperbarui: 23 Juli 2024   21:10 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Justin Hubner saat berseragam Cerezo Osaka (Tribunnews.com)

Judul di atas mungkin terdengar agak bias dari luar. Tapi, pengalaman sejumlah pemain Timnas Indonesia, khususnya dalam sedekade terakhir menunjukkan, penilaian "red flag" itu benar adanya.

Di Liga Jepang, sudah ada nama Stefano Lilipaly, Irfan Bachdim dan Justin Hubner yang sama-sama pernah dikontrak klub kasta tertinggi. Nasib trio pemain diaspora ini bisa dibilang serupa tapi tak sama.

Lilipaly dan Bachdim bergabung tahun 2014, dengan masing-masing memperkuat Ventforet Kofu dan Consadole Sapporo, sementara Hubner dipinjam Cerezo Osaka awal tahun 2024.

Dari ketiganya, hanya Irfan Bachdim yang bisa bertahan sampai tiga musim (2014-2017). Selama di Jepang, pemain blasteran Indonesia-Belanda ini memperkuat Ventforet Kofu dan Consadole Sapporo, dengan mencatat 12 penampilan saja di kompetisi liga dan piala domestik.

Sementara itu, Lilipaly dan Justin Hubner sama-sama hanya bertahan dalam hitungan bulan. Lilipaly pindah setelah ditawar Persija, sementara Hubner pergi setelah pada Juli 2024 Wolverhampton Wanderers menariknya lebih awal dari masa pinjaman, yang awalnya berlangsung sampai akhir tahun 2024.

Stefano Lilipaly semasa bermain di Consadole Sapporo (Okezone.com)
Stefano Lilipaly semasa bermain di Consadole Sapporo (Okezone.com)
Secara statistik, keduanya juga sama-sama kurang mendapat menit bermain. Lilipaly hanya sekali bermain, sementara Hubner 8 kali main. Meski secara jumlah penampilan lebih banyak, Hubner lebih sering main sebagai pengganti di masa injury time.

Faktor inilah yang membuat Wolves menarik pulang sang bek, sekaligus menunjukkan sisi "red flag" kasta tertinggi Liga Jepang bagi pemain Indonesia. Suka atau tidak, kita perlu mengakui, pemain asal Indonesia masih dipandang hanya sebagai "alat promosi", antara lain untuk menarik popularitas di media sosial.

Terbukti, jumlah followers akun media sosial Ventforet Kofu, Consadole Sapporo dan Cerezo Osaka meningkat tajam, saat ada pemain Indonesia di sana. Tapi, setelah mereka pergi, akun media sosial ketiga klub langsung kena "unfollow" massal.

Aksi Irfan Bachdim saat memperkuat Ventforet Kofu (Kompas.com)
Aksi Irfan Bachdim saat memperkuat Ventforet Kofu (Kompas.com)
Kasusnya mirip seperti waktu warganet Indonesia "menyerbu" akun media sosial klub Lechia Gdansk (Polandia) saat Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman secara berurutan membela klub kota pelabuhan itu. Egy bermain antara tahun 2018-2021, sementara Witan dikontrak di musim 2021-2022.

Sebelum Hubner, ada Pratama Arhan yang juga bernasib apes, karena selama memperkuat Tokyo Verdy (2022-2024) pemain spesialis lemparan jauh ini hanya bermain 4 kali. Meski menjadi bagian tim yang promosi ke J1 League, Arhan akhirnya dilepas setelah kontraknya usai.

Mirisnya, eks pemain PSIS Semarang ini lebih banyak "dimainkan" Tokyo Verdy untuk kepentingan promosi klub. Sebuah sinyal "red flag" yang terbungkus rapi dalam program kerja sama.

Seperti diketahui, J League bekerja sama dengan Qatar, Thailand, Vietnam, Myanmar, Malaysia, Kamboja, Singapura, dan Indonesia. Makanya, pemain-pemain seperti Dang Van Lam (Vietnam), Chanatip Songkrasin (Thailand), Luqman Hakim (Malaysia) dan Chan Vathanaka (Kamboja) pernah mencicipi pengalaman bermain di Jepang.

Meski termasuk salah satu liga top Asia di era modern, perlakuan yang didapat pemain-pemain Asia Tenggara, khususnya Indonesia di sini benar-benar kacau. Memang, secara fasilitas dan metode latihan, sepak bola Jepang sudah cukup maju, tapi pemain sepak bola tidak hanya butuh latihan. Mereka juga butuh pengalaman bertanding.

Ironisnya, para pemain Indonesia di Jepang justru lebih banyak mendapat menit bermain, saat dipanggil tim nasional. Entah itu di kalender resmi FIFA atau bukan, mereka hampir selalu ada. PSSI bahkan sampai melobi Cerezo Osaka, supaya bisa memainkan Justin Hubner di Piala Asia U-23 beberapa waktu lalu.

Diluar urusan menit bermain, keterbukaan klub-klub Jepang juga jadi tanda tanya besar. Tidak seperti klub Korea Selatan yang mau menjelaskan "kesibukan lain" Pratama Arhan (Suwon FC) sebagai bintang iklan dan pemain Timnas Indonesia, mereka terkesan diam saja.

Pratama Arhan, jarang main di Tokyo Verdy (Goal.com)
Pratama Arhan, jarang main di Tokyo Verdy (Goal.com)
Soal menit bermain, klub Liga Korea Selatan malah lebih objektif, karena seorang Asnawi Mangkualam terbukti bisa bermain sebanyak 69 kali, antara tahun 2021-2023 di K2 League.
Praktis, yang benar-benar "tegas" di sini baru Wolverhampton Wanderers, karena klub Liga Inggris itu langsung menarik pulang Hubner. Biasanya, langkah ini diambil, jika ada "pelanggaran" pada kesepakatan awal, yang pada kasus Hubner merujuk pada menit bermain terbatas.

Di satu sisi, cerita muram pemain Indonesia di Liga Jepang menjadi satu peringatan keras, supaya PSSI dan pihak-pihak terkait mau serius menggarap potensi dan berbenah. Kalau liganya berkualitas, tentu para pemain tidak harus pergi ke luar negeri untuk mengasah talenta.

Di sisi lain, PSSI dan pihak-pihak terkait juga perlu mengatur prioritas, terkait pemanggilan pemain "abroad", dengan memprioritaskan pertandingan dalam kalender resmi FIFA, dan mulai menepikan turnamen kelompok umur atau non kalender resmi FIFA.

Jadi, para pemain bisa fokus dan mengembangkan kemampuan di klub. Tentu saja, bukan hanya dari sesi latihan, tapi juga dari pengalaman bertanding.

Jika semua bisa disinkronkan dengan baik, Liga Jepang seharusnya bukan destinasi "red flag" buat pemain Indonesia. Kecuali, jika para pemain itu alih profesi jadi bintang iklan, dan menjadikan sepak bola sebagai profesi sampingan.

Bisa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun