Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Inggris, Potret Suram Sebuah Kesombongan

16 Juli 2024   22:44 Diperbarui: 16 Juli 2024   23:14 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karir Owen cepat redup karena masalah cedera, sementara Rooney lebih banyak bersinar di babak kualifikasi dan laga uji coba. Padahal, keduanya sama-sama disambut "hype" tinggi media saat pertama kali muncul.

Setelah era Sir Bobby Charlton dan Sir Geoff Hurst (1966), praktis Inggris hanya punya Gary Lineker (top skor Piala Dunia 1986 dan penyerang utama di Piala Dunia 1990), Paul Gascoigne (motor serangan tim di Piala Dunia 1990 dan Piala Eropa 1996), dan Alan Shearer (top skor Piala Eropa 1996) yang benar-benar bisa moncer di turnamen mayor. Pada era merekalah, prestasi Inggris di masa lalu datang.

Selebihnya, tidak ada yang benar-benar istimewa, setidaknya sampai Kane mencuat. Ketika penyerang yang juga kapten Timnas Inggris ini bersinar dan konsisten, barulah Inggris bisa bersaing di level atas.

Tapi, kemajuan prestasi di era Southgate, justru membawa serta satu situasi serba salah. Kalah dicaci suporter sendiri, sementara menang dapat hadiah sumpah serapah suporter lawan.

Sepintas ini wajar, tapi kesombongan yang muncul di kalangan suporter dan media Inggris, termasuk jargon "its coming home" biasa jadi bumerang.

Makin jauh mereka melangkah, makin dalam rasa sakit yang akan berbalik memukul. Fenomena "horor" ini sudah terjadi di dua edisi Piala Eropa terakhir, dan meninggalkan rasa sakit luar biasa, karena The Three Lions selalu kalah di final.

Semua yang bisa disalahkan akan disebut dan dikulik habis, tapi mereka akan pura-pura amnesia saat prediksi (rasa ekspektasi) terbukti meleset.

Buktinya, Marc Cucurella yang sempat diprediksi Gary Neville akan jadi "beban" Timnas Spanyol malah jadi pemain kunci. Bek Chelsea ini bahkan membuat assist atas gol kemenangan Tim Matador atas Inggris, di final Piala Eropa 2024.

Akibat situasi toksik ini juga, Gareth Southgate lalu memutuskan mundur sebagai pelatih Timnas Inggris, Selasa (16/7). Padahal, FA sudah menjamin posisi sang pelatih aman, sekalipun kalah di final Piala Eropa 2024.

Memang, eks pemain Aston Villa ini jadi kambing hitam karena membuat tim bermain terlalu pragmatis. Tapi, standar prestasi tinggi yang telah ditinggalkannya akan membuat siapapun penggantinya pusing.

Bagaimana bisa prestasi tinggi langsung diraih dengan permainan atraktif, kalau tim yang ada kadung terbiasa bermain pragmatis? Bukannya memperbaiki masalah, yang ada malah menambah masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun