Di era kekinian, akademi mereka juga mengorbitkan Jules Kounde (Barcelona) dan Aurelien Tchouameni (Real Madrid) yang sama-sama menjadi pilar Timnas Prancis.
Jadi, ini memang bukan tim divisi dua biasa. Kalau bisa didapat dan tuntas dibenahi, klub ini bisa kembali ke kasta tertinggi dalam waktu tak terlalu lama.
Boleh dibilang upaya FSG membeli Bordeaux adalah satu cara mereplikasi cerita sukses di Liverpool. Tidak perlu ngotot berusaha mencetak sejarah baru, tapi berproses menjadi tim yang bisa memperbarui sejarah mereka.
Mungkin proses dan hasilnya tidak seinstan Nasser Al Khelaifi di PSG, tapi ada keberlanjutan yang coba dibangun dan diwariskan, supaya kondisi keuangan klub tetap sehat dan tetap kompetitif.
Keberlanjutan sendiri menjadi satu isu panas, yang mulai ditindak lanjut dengan sanksi tegas di liga-liga top Eropa. Di Italia, Juventus sempat dilarang tampil di kompetisi antarklub Eropa musim 2023-2024, akibat kasus pemalsuan laporan keuangan.
Di Liga Inggris, ini sudah membuat klub macam Everton dan Nottingham Forest kena pengurangan poin. Pada level lebih gawat, Manchester City bersiap menghadapi sidang pelanggaran terkait 115 pelanggaran aturan Financial Fair Play, yang bisa membuat mereka terdegradasi.
Dengan demikian, jika gaya kepemilikan klub ala FSG ini berlanjut, mereka akan jadi antitesis dari gaya kepemilikan "multiclub ownership" yang sudah eksis.
Bos besar mereka tidak menyeragamkan identitas klub, atau turun langsung mengelola klub (seperti pada kasus bos INEOS, Sir Jim Ratcliffe di OGC Nice dan Manchester United).
Hanya sebuah tim manajemen yang bertugas, dengan fokus pada keberlanjutan, tanpa mengotak-atik identitas klub. Memang, ini membuat John W. Henry dkk terkesan "pelit" dan kurang disukai sebagian Kopites.
Tapi, apa yang sudah mereka bangun sejauh ini sudah membuktikan, sebuah proses yang ditekuni secara sehat pada akhirnya tidak hanya menghasilkan prestasi di lapangan, tapi juga kondisi keuangan tim yang sehat.
Pada gilirannya, proses yang sehat ini menghasilkan warisan jangka panjang yang berkelanjutan, dan visi lebih besar, sehingga menularkan satu pendekatan berproses secara positif, di tengah banyaknya investasi jor-joran di klub-klub sepak bola era kekinian.