Perbedaan mendasar ini rupanya masih belum sepenuhnya diantisipasi Ralf Rangnick dan tim kepelatihan Timnas Austria. Inilah satu titik lemah yang mampu dimanfaatkan Turki, saat kedua tim berhadapan di babak 16 besar Piala Eropa 2024.
Secara efektif, tim asuhan Vincenzo Montella itu mampu memberikan pukulan telak, lewat sepasang gol Merih Demiral. Satu gol kilat di menit awal, dan satu gol lagi menjelang satu jam pertandingan membuat mereka mampu mengontrol situasi.
Arda Guler dkk memang sempat digempur  dan kebobolan satu gol lewat Michael Gregoritsch, tapi mereka tetap menang 2-1 atas Austria, dan akan menghadapi Belanda di babak perempat final.
Apa boleh buat, sensasi Austria di bawah arahan pelatih asal Jerman ini pun harus berakhir, secepat saat  pertama kali mencuat. Segala puja-puji yang datang di fase grup, pada akhirnya malah jadi awal kejatuhan mereka.
Kisah Austria di Euro 2024 mungkin terlihat indah di awal, dan membuat mereka begitu disukai. Tapi akhir antiklimaks mereka malah membuat cerita itu menjadi satu episode tragis.
Meski begitu, kisah Burschen di Piala Eropa 2024 menjadi satu contoh bagus untuk dilihat. Untuk jadi juara, bukan hanya sistem yang perlu dibangun dan diterapkan, tapi ada mentalitas yang perlu dibentuk dan dikembangkan secara bertahap.
Tim yang terbiasa lolos kualifikasi dan jago di fase grup belum tentu bisa bersaing di babak gugur, tapi tim yang terbiasa mencapai babak gugur akan semakin berkembang karena dibentuk oleh pengalaman bertanding.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H