Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Transisi Rumit Timnas Chile

30 Juni 2024   23:51 Diperbarui: 30 Juni 2024   23:57 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal kiprah Timnas Chile, selama kurang lebih satu setengah dekade terakhir, umumnya terpusat pada nama-nama beken seperti Arturo Vidal, Alexis Sanchez dan Claudio Bravo.

Ketiganya sama-sama menjadi tulang punggung tim, dengan sepasang trofi Copa America (2015 dan 2016) plus penampilan di fase gugur Piala Dunia (2010 dan 2014) dan final Piala Konfederasi (2017).

Pada masa jayanya, generasi yang awalnya diorbitkan Marcelo Bielsa (kini pelatih Timnas Uruguay) ini memang istimewa. Mereka mampu membuat tim-tim raksasa seperti Argentina, Brasil dan Uruguay kerepotan, bahkan dua kali membuat Lionel Messi patah hati di final Copa America.

Tapi, regenerasi yang mandek membuat performa La Roja anjlok, tak lama setelah mencapai titik puncak. Meski masih cukup kompetitif di Copa America, kegagalan lolos ke Piala Dunia 2018 dan 2022 menjadi penanda tamatnya sebuah generasi emas.

Otomatis, regenerasi menjadi satu kebutuhan mendesak. Tapi, ini tampaknya membutuhkan proses lebih panjang dan butuh keberanian untuk melakukan pembaruan, atas satu generasi yang bisa dibilang sukses besar.

Maklum, generasi Alexis Sanchez dkk baru datang, setelah pemain generasi duet Marcelo Salas-Ivan Zamorano di era sebelumnya sudah habis tak bersisa. Jadi, bukan hal mengejutkan kalau di Copa America 2024, pemain senior seperti Claudio Bravo (41) Alexis Sanchez (35) Mauricio Isla (36) dan Eduardo Vargas (34) masih ambil bagian.

Dari keempat nama ini, Bravo dan Sanchez bahkan sudah menjadi pemain tanpa klub setelah musim 2023-2024 berakhir. Sanchez berpisah dengan Inter Milan, sementara Bravo dilepas Real Betis.

Satu keputusan menarik diambil pelatih Ricardo Gareca, dengan tidak menyertakan Arturo Vidal. Pemain kelahiran tahun 1987 yang kini berseragam Colo-Colo itu dicoret, karena pertimbangan regenerasi.

Rencana regenerasi yang dicetuskan pelatih asal Argentina itu memang menjadi satu rencana logis, karena performa Timnas Chile bersama para pemain senior memang masih loyo.

Di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona CONMEBOL, mereka 3 kali kalah dari 6 pertandingan. Di Copa America 2024, La Roja hanya mampu meraih 2 poin dari 3 laga, dan tersingkir di fase grup, tanpa mencetak satu gol pun.

Dengan demikian, regenerasi memang sudah seharusnya berjalan. Masalahnya, Chile masih sulit menemukan talenta berkualitas setelah generasi Alexis Sanchez dkk.

Terbukti, FFCh (PSSI-nya Chile) sampai harus "dibantu" publik sepak bola nasional setempat, saat menemukan talenta Ben Brereton Diaz (25). Pemain blasteran Inggris-Chile ini awalnya "ditemukan" fans Timnas Chile, lewat game Football Manager.

Sayang, pemain yang debut pada tahun 2021 ini sempat dicoret pelatih Ricardo Gareca, karena belum fasih berbahasa Spanyol. Belakangan, eks pelatih Timnas Peru itu akhirnya membawa Diaz berangkat ke Copa America 2024.

Secara kualitas, levelnya juga masih berada di bawah Alexis Sanchez. Maklum, selain di Villareal, sebagian besar karir bermain jebolan akademi Stoke City ini banyak dihabiskan di kompetisi kasta kedua Liga Inggris bersama Blackburn dan Nottingham Forest.

Pengalaman bermainnya di kasta tertinggi Liga Inggris dan Spanyol juga minim, karena masing-masing baru berjalan setengah musim bersama Villareal dan Sheffield United.

Selain Diaz, Timnas senior Chile belakangan baru punya dua pemain tengah potensial, yakni Dario Osorio (20) dan Cesar Perez (21). Osorio yang bermain di Midtjylland (Denmark) sempat masuk radar Liverpool, sementara Perez yang bermain di Unin La Calera (Chile) sedang dibidik Freiburg, Cagliari dan Stuttgart.

Satu pemain lain, yakni Vctor Dvila (26) baru menjalani tahun pertama di Eropa bersama CSKA Moskow, setelah sebelumnya bermain di Liga Chile dan Meksiko. Tapi, status Rusia yang masih disanksi FIFA membuat posisinya kurang menguntungkan.

Dengan masih keringnya talenta muda berkualitas, sepertinya Timnas Chile masih akan mengalami masa transisi sulit, dan butuh waktu lama untuk bisa sepenuhnya "move on" dari generasi Alexis Sanchez dkk.

Di sisi lain, transisi sulit dan performa muram Timnas Chile menunjukkan, di balik sinar terangnya, sebuah generasi emas biasa menghadirkan situasi, yang membuat pembaruan menjadi sulit, karena pengaruh besar mereka sebagai generasi emas.

Praktis, untuk menjalankan satu proses regenerasi berikutnya, dibutuhkan waktu lebih lama. Selain menunggu masa edar generasi emas itu habis, perlu usaha ekstra untuk menemukan generasi selanjutnya, karena generasi emas adalah satu "barang langka", yang belum tentu akan datang sekali dalam waktu puluhan tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun