Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Timnas Indonesia, STY, dan Sebuah Antitesis

29 Juni 2024   23:53 Diperbarui: 1 Juli 2024   13:59 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apalagi, sepak bola nasional sempat mati suri saat pandemi, dan Timnas Indonesia tak pernah lolos kualifikasi Piala Asia sejak edisi 2004 (penampilan di Piala Asia 2007 didapat karena Indonesia menjadi salah satu tuan rumah).

Jadi, ketika Shin Tae-yong datang dan membangun ulang tim nasional, PSSI tidak punya pilihan selain mendukung. Mereka juga tak bisa berkelit, ketika sang pelatih secara terbuka mengkritisi level stamina dan teknik dasar pemain.

Bagaimana pun, pelatih yang datang kali ini pernah melatih Timnas Korea Selatan di ajang Olimpiade (2016) dan Piala Dunia (2018).Kalibernya jelas jauh lebih tinggi dari pengurus PSSI, yang kadang tidak kompeten, tapi bisa awet bertugas.

Soal prestasi, catatan tanpa trofi STY di Timnas Indonesia memang biasa jadi sasaran empuk para pengkritik, tapi rekam jejaknya (sejauh ini) sudah menjadi satu prestasi transformatif.

Kurang lebih seperti kiprah Marcelo Bielsa di Timnas Chile (2007-2011). Meski "hanya" membawa La Roja lolos ke fase gugur Piala Dunia 2010, pelatih asal Argentina ini dianggap sukses besar, karena mewariskan kerangka tim generasi emas pemenang Copa America 2015 dan 2016.

Prestasi transformatif inilah, yang belakangan membuat El Loco ditunjuk sebagai pelatih Timnas Uruguay, terlepas dari rivalitas panjang Uruguay dan Argentina, plus rekam jejaknya yang juga pernah melatih Timnas Argentina.


Meski levelnya masih di bawah Bielsa, Shin Tae-yong juga telah mencatat satu prestasi transformatif, karena mampu menaikkan Timnas Indonesia ke level lebih tinggi, setingkat demi setingkat.

Bayangkan, sebuah tim yang tadinya terbiasa jadi katak dalam tempurung di level Asia Tenggara, bisa lolos ke babak gugur Piala Asia 2023, dan pelan-pelan memperbaiki posisi di peringkat FIFA. Prestasi ini bahkan lompat ke kurva kedua (meminjam istilah Rhenald Kasali dalam manajemen perubahan) sejak saat itu.

Dengan ide mencari pemain diaspora Indonesia, yang didukung PSSI era Erick Thohir, Timnas U-23 langsung dibawanya lolos ke semifinal dalam debut di Piala Asia U-23 dan berlanjut ke babak akhir Kualifikasi Olimpiade 2024.

Bonusnya, STY menjadi pelatih Timnas Indonesia pertama, yang membawa Indonesia lolos ke dua edisi Piala Asia beruntun, menyusul  kepastian Thom Haye dkk. lolos otomatis ke putaran final Piala Asia 2027.

Memang, ini (sekali lagi) bukan prestasi dalam bentuk trofi juara, tapi bisa membawa tim bersiap menghadapi Australia, Jepang, Tiongkok, Bahrain dan Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia adalah satu prestasi istimewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun