Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekali Bermimpi, Sudah Itu Mati

23 Juni 2024   23:42 Diperbarui: 23 Juni 2024   23:59 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu situasi yang terakhir datang, saat Opa masih ada. Aku sangat bersyukur, karena masih boleh menjumpai ini, setelah nyaris sepuluh tahun lamanya.

Ada sedikit rasa lega, karena aku masih boleh diperlakukan sebagai manusia seutuhnya, bukan "orang sakit" yang dibiarkan menghilang dan terlupakan ketika sedang ambruk atau tak bisa dipakai.

Saking leganya, aku sampai bilang,

"Terima kasih, setiap kita bertemu, aku serasa bertemu dengan Opa sekali lagi."

Pertemuan kami, pada awalnya sama-sama berawal dari kebetulan. Kebetulan ini terjadi dua kali, ketika kami berada di satu kota dan komunitas keagamaan yang sama.

Semua terlihat normal dan wajar, sampai tiba-tiba dia berubah setelah nyaris setahun. Entah kenapa, aku dianggapnya seperti sudah mati. Sosok yang tadinya hangat seperti secangkir kopi hitam, telah berubah jadi sedingin tiupan angin di musim kering.

Tak ada lagi respon setiap kali berkirim pesan, tapi dia tak pernah menghapus atau memblokirku. Jujur, ini membingungkan, tapi semoga (dan setidaknya) aku bukan orang yang dianggapnya musuh.

Mungkin, inilah satu titik rehat buat kami, karena tak pernah ada kata "selamat tinggal" yang pernah terucap. Tapi, jika ini caranya mengucapkan "selamat tinggal", aku tak punya alasan untuk marah.

Itulah cara ternyaman yang mungkin paling bisa dilakukannya untukku, karenanya, aku juga ingin menggunakan cara ternyamanku. Meski dia memperlakukanku seperti sudah mati, aku tetap harus banyak berterima kasih padanya, karena pengalaman ini adalah satu hadiah berharga menuju pengalaman sesungguhnya.

Satu lagi, dia sudah memutus rantai nasib sialku, dan memperlakukanku dengan sangat baik. Jadi, ini bukan "selamat tinggal", tapi "sampai jumpa lagi" karena kita tak pernah tahu, bagaimana semesta mempertemukan lagi, setelah banyak hal baik yang boleh saling dibagikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun