Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Melihat Gusdurian dari Dekat

14 Juni 2024   17:38 Diperbarui: 15 Juni 2024   01:15 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana diskusi dalam acara bedah buku "Tuhan Akrab dengan Mereka" (Dok. Jaringan Gusdurian)

Ternyata, selain mengangkat isu kebhinekaan, Gusdurian dalam kesempatan ini juga mengangkat perspektif dasar soal cara pandang macam apa, yang membuat sosok Gus Dur begitu unik.

Sosok Gus Dur sendiri terbilang unik, karena ia adalah seorang agamawan sekaligus politisi, dan pemikir sekaligus aktivis. Dengan kata lain, sosok bernama asli Abdurrahman Wahid ini tidak hanya berhenti pada tahap "berpikir", tapi sudah lanjut ke tahap "bertindak".

Perpaduan ini menghasilkan kombinasi daya kontrol sekaligus daya dobrak istimewa, karena pemikiran beliau tidak hanya berakhir menjadi sebuah pemikiran, tapi berlanjut ke hal yang bermanfaat lebih luas, seperti gerakan advokasi dan pergaulan lintas agama.

Alhasil, Gus Dur (dengan segala pemikirannya) bisa luwes membaur di lingkungan majemuk khas Indonesia, tanpa kehilangan akarnya sebagai seorang santri dan agamawan.

Keunikan ini juga menjadikannya sosok yang konsisten memperjuangkan nilai kebhinekaan, termasuk keberagaman dan toleransi, karena nilai inilah, yang turut membentuk Indonesia sebagai sebuah bangsa.

Nilai kebhinekaan mungkin menjadi satu hal yang terdengar "berat" buat sebagian orang, tapi Gus Dur dan Gusdurian mampu membuatnya terlihat ringan, lewat kebiasaan "bersuara" lewat komedi. Sesuatu yang kadang dianggap remeh, tapi sebenarnya membutuhkan kecerdasan khusus.

Komedi di sini tentu bukan komedi asal jadi, tapi komedi yang tepat sasaran. Jadi, wajar kalau ada aturan tidak tertulis berikut di Gusdurian: Gusdurian harus bisa berkomedi.

Bagi saya, dalam posisi sebagai umat beragama minoritas, kehadiran komunitas seperti Gusdurian memberi satu rasa aman dan nyaman, karena mereka melihat keberagaman sebagai satu kekuatan unik, bukan hal-hal dikotomis yang harus disekat atau diseragamkan.

Di sisi lain, pendekatan berkomedi Gusdurian pada isu "berat" seperti kebhinekaan juga menunjukkan satu ciri dasar kejeniusan: membuat hal sulit terlihat mudah, kalau perlu bisa dilakukan secara "effortless".

Untuk saat ini, Gusdurian memang masih akan terus berproses ke sana, karena sosok yang mereka teladani memang sangat unik dan jenius. Tapi, dari mereka, kita melihat bersama, kalimat "Gitu aja kok repot" yang lekat dengan sosok Gus Dur adalah satu hal yang benar-benar diupayakan untuk menjadi satu realitas, ditengah aneka keruwetan di negara tersayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun