Dalam arti, mereka tidak akan ngotot berolahraga saat pekerjaan atau hal-hal urgen butuh energi ekstra. Meski menyehatkan, olahraga (apalagi intens) sudah pasti menguras tenaga.
Kalau sudah kecapekan di awal karena terlalu ngotot olahraga, aktivitas berikutnya rawan kacau karena kekurangan energi dan fokus.
Titik rawan lainnya, kelelahan akibat olahraga intens, yang langsung disambung aktivitas intens lainnya, rawan membuat seseorang mengalami kelelahan, sakit atau cedera.
Dilihat dari situasi dan perilaku secara umum, fenomena "mendadak atlet" di usia 30-an tahun memang jadi satu salah kaprah. Olahraga rutin memang bisa membantu tubuh tetap bugar, tapi ini bukan solusi mencegah penuaan atau semacamnya.
Di usia 30-an tahun, sudah bukan masanya lagi untuk olahraga terlalu intens. Apalagi, jika orang tersebut pernah punya masalah cedera serius, atau ada trauma akibat cukup sering cedera ringan atau sedang.
Olahraga ringan, termasuk dari aktivitas sehari-hari, seperti naik-turun tangga atau mengangkat seember air, seharusnya sudah cukup membantu.
Lagipula, olahraga di usia ini pada dasarnya bukan lagi sebatas untuk memperkuat fisik, tapi menjaga tubuh tetap fit dengan membangun satu kebiasaan positif.
Jadi, ini bukan lagi soal "siapa yang tercepat atau terkuat", tapi soal siapa yang paling tekun dan mau memahami batas kemampuan tubuhnya sendiri. Termasuk berdamai dengan trauma cedera di masa lalu, jika ada.
Bukan karena malas berkompetisi, tapi karena ini adalah satu aktivitas untuk kebaikan diri sendiri, bukan untuk dilihat atau dipuji orang.
Kalau tujuannya hanya untuk dilihat dan dipuji, biasanya kebiasaan berolahraga itu akan lebih cepat berhenti, karena sudah mencapai tujuannya.
Inilah yang seharusnya jadi kesadaran bersama, karena olahraga rutin seharusnya bersifat konstruktif. Olahraga rutin bukan alasan untuk merendahkan orang lain yang belum terlihat rutin berolahraga.