Kasus yang sukses besar malah datang dari pelatih yang awalnya kurang disorot, seperti pada kasus Diego Simeone, yang panen prestasi dan awet di Atletico Madrid. Begitu juga dengan Zinedine Zidane di periode pertamanya bersama Real Madrid (2016-2016) yang memulai tugas kala performa El Real sedang tidak stabil.
Di dekade terkini, ada Andrea Pirlo (Juventus) dan Xavi Hernandez (Barcelona) yang sama-sama dicopot karena tak mampu memenuhi ekspektasi tinggi manajemen klub. Meski mampu meraih gelar domestik, kedua maestro lini tengah ini dianggap gagal oleh manajemen klub.
Dengan dinamika kompetitif dan tingkat kesabaran setipis tisu di era kekinian, keputusan Bayern Munich mendatangkan Kompany adalah satu spekulasi. FC Hollywood jelas bukan Arsenal yang sangat sabar pada Mikel Arteta.
Kalau mereka (kali ini) punya sedikit kesabaran, eks bek andalan Timnas Belgia ini bisa menjadi lawan tanding Xabi Alonso di Bayer Leverkusen. Dengan catatan, ia diberi keleluasaan menerapkan idenya, yang dalam banyak hal cukup dipengaruhi gaya Pep Guardiola.
Disadari atau tidak, selepas ditinggal Julian Nagelsmann, Bayern belum lagi punya karakter dan sistem permainan yang jelas. Pragmatisme di bawah Thomas Tuchel membuat Manuel Neuer dkk kehilangan karakter dan lebih mudah diantisipasi lawan.
Jika memang ingin membangun ulang tim dengan identitas baru, ide Bayern mendatangkan Kompany memang masuk akal. Tapi, ini merupakan satu taruhan besar, terutama jika mengingat ongkos transfernya yang cukup mahal untuk ukuran pelatih muda minim pengalaman di level atas.
Kalau berhasil, kita akan melihat kembali sebuah tim dengan konsistensi seperti mesin diesel yang sudah panas, dan bukan tidak mungkin melangkah jauh di Eropa. Kompany pun bisa mulai membangun reputasi sebagai " pelatih murid Pep Guardiola yang potensial."
Tapi, kalau gagal, sepertinya periode kekacauan di tim raksasa Jerman ini masih akan berlanjut, dan penunjukan Vincent Kompany di pos pelatih akan punya sebuah kisah kurang mengenakkan, karena klub membayar kompensasi belasan juta euro, hanya untuk sebuah periode singkat yang gagal total.
Bagaimanakah kiprah Vincent Kompany sebagai pelatih Bayern Munich?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H