Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sebuah Pengalaman Belanja Barang "Preloved"

25 Mei 2024   03:49 Diperbarui: 25 Mei 2024   03:55 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal barang bekas, mungkin sebagian orang akan menganggapnya sebagai satu alternatif terakhir. Jika harus membeli barang kebutuhan elektronik dengan segera, dan dalam anggaran terbatas, barang elektronik bekas (setidaknya) bisa menjadi satu opsi sementara.

Tapi, kalau mau dicermati lebih jauh, barang bekas bisa menjadi satu alternatif belanja barang baru dengan harga terjangkau. Meski terdengar muskil, ada  celah yang memang bisa dimanfaatkan, jika melihat ragam terminologi "barang bekas" itu sendiri.

Secara kasat mata, "barang bekas" kadang dilihat hanya sebagai barang yang "sudah digunakan atau dalam kondisi tidak lagi prima seperti saat masih baru. Ini memang tak sepenuhnya salah, tapi juga tak sepenuhnya benar.

Ternyata, ada "barang bekas" yang sebenarnya dalam kondisi masih "baru", karena boksnya masih tersegel rapi, dan belum pernah dibuka (apalagi digunakan) sama sekali. Kondisi ini biasa dikenal dengan istilah BNIB alias "Brand New In Box", dan digolongkan sebagai barang "preloved".

Biasanya, barang jenis ini adalah produk asli yang berasal dari sisa stok lama barang "cuci gudang" yang tidak laku, atau hadiah doorprize yang tidak jadi diberikan. Bisa juga karena barang tersebut salah beli, dan didiamkan begitu saja, akibat tak bisa dikembalikan ke penjual, sekalipun tak pernah disentuh sama sekali.

Istilah ini hampir sama dengan "New Old Stock" (NOS) alias barang baru stok lama. Tapi, di pasar belanja online, "kode" singkatan BNIB lebih umum digunakan.

Jenis barang bekas satu ini pada dasarnya bukan barang bekas, karena belum pernah digunakan sama sekali dan masih dikemas sesuai kemasan aslinya. Satu-satunya yang membuat barang baru ini digolongkan sebagai "barang bekas" adalah karena ia sudah "keluar dari toko" atau "dihibahkan" sebagai barang hadiah doorprize oleh produsen.

Meski hanya satu, faktor ini biasanya membuat harga barang jadi lebih miring dari harga normal. Celah inilah yang saya manfaatkan untuk membeli vacuum cleaner pabrikan Jerman secara online, Jumat (17/5) silam.

Berawal dari permintaan orang tua untuk dibelikan vacuum cleaner, saya lalu mencari jenis vacuum cleaner yang pas, dengan menimbang beberapa hal. Pertama, kualitas dan daya tahan mesin, kedua, besaran konsumsi daya listrik, ketiga, tingkat kebisingan suara mesin, dan  harga sebagai "raja terakhir".

Setelah menimbang tiga kriteria awal, pilihan saya jatuh pada vacuum cleaner pabrikan Jerman, yang memang sudah lama dikenal punya mesin "bandel". Kelebihan ini menjadi krusial, karena membuat kerjanya lebih efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun