Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Harga Tiket Timnas, antara Edukasi dan "Aji Mumpung" PSSI

19 Mei 2024   00:18 Diperbarui: 19 Mei 2024   16:10 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soal laga melawan Irak dan Filipina, optimisme memang begitu tinggi, karena tim asuhan Shin Tae-yong sedang dalam tren positif. Masalahnya, berhubung laga ini dihadiri puluhan ribu penonton, situasi rawan itu masih ada, apalagi jika misal Timnas Indonesia menuai hasil tak sesuai harapan.

Bukan berarti pesimis, tapi rekam jejak itu sudah lama ada. Maka, dengan harga tiket yang naik, ada filter untuk menyaring potensi kerawanan sejak jauh hari.

Meski terkesan drastis, harga tiket yang mahal sudah terbukti ampuh menekan angka kerusuhan atau gangguan lain akibat ulah oknum suporter. Strategi ini tampaknya sedang diuji coba untuk diterapkan di Indonesia.

Jika berhasil, sepertinya, harga tiket pertandingan Liga Indonesia akan naik. Satu fenomena umum di era sepak bola industri.

Tapi, kalau melihat dari kacamata negatif, kenaikan harga tiket pertandingan Timnas Indonesia terkesan seperti satu manuver aji mumpung.

Mumpung Timnas Indonesia sedang dalam tren positif, kenaikan harga tiket bisa dinormalisasi. Apapun alasannya, itu bisa diatur. Toh tiket yang disebut mahal itu terbukti tetap ludes terjual.

Semakin tinggi levelnya, semakin besar kesempatan mengeruk cuan. Dalam peran sebagai satu institusi dalam industri olahraga, PSSI jelas tak ingin tekor. Kebetulan, kompetisi liga juga sudah tuntas.

Tapi, berhubung sepak bola itu biasanya punya siklus naik-turun, aji mumpung PSSI ini bisa jadi bumerang. Kita tak pernah tahu sampai kapan Timnas Indonesia berada di tren positif, tapi jika tren positif itu tamat, jangan kaget kalau PSSI akan menormalkan bahkan membanting harga tiket, tapi laga Timnas Indonesia masih ditinggal penonton.

Jelas, PSSI punya PR besar dalam membina ketertiban suporter, tapi kalau mereka hanya melihat kalangan tertentu, itu jelas tak adil, karena mereka sudah mengingkari nilai inklusif yang jadi satu sisi universal sepak bola: sepak bola adalah milik semua, bukan segelintir orang.

Kalau dari pikiran dan sikapnya saja sudah kacau, agak sulit mengharapkan PSSI dan Timnas Indonesia bisa aman terkendali di tahap selanjutnya. Masih banyak PR yang cukup besar, tapi itu sering terlupakan karena animo luar biasa suporter dan aneka narasi potensi yang sejatinya semu.

Mengenaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun