Judul di atas mungkin terkesan seperti menghibur diri, usai kekalahan 0-1 Timnas U-23 melawan Guinea, Kamis (9/5), setelah gol penalti Illaix Moriba tak mampu dibalas Timnas U-23.
Dengan hasil ini, Indonesia gagal meraih tiket Olimpiade Paris, dan Guinea menjadi tim terakhir yang lolos ke Olimpiade 2024.
Tapi, kalau melihat prosesnya, kegagalan ini sebenarnya bukan kegagalan. Dari awal, Garuda Muda bahkan sudah mencatat prestasi, dengan lolos ke putaran final Piala AFC U23, untuk pertama kalinya sepanjang sejarah turnamen.
Di putaran final, tim asuhan Shin Tae-yong juga mampu menciptakan kisah sensasional, dengan melampaui target awal PSSI, yakni lolos ke babak perempat final. Secara luar biasa, tim debutan yang awalnya dipandang sebelah mata pun tidak, mampu melangkah ke babak semifinal, mengungguli Australia dan Korea Selatan, dua tim kekuatan tradisional di Asia.
Memang, kekalahan atas Uzbekistan, Irak dan Guinea menjadi satu cerita antiklimaks, yang membuat kesempatan tim sepak bola indonesia berangkat ke Olimpiade pupus, tapi jika melihat secara ideal, pengalaman yang didapat Ivar Jenner dkk justru menjadi satu keberhasilan tersendiri.
Disadari atau tidak, tim nasional Indonesia (di berbagai kelompok umur) sudah sangat lama tak mencapai tahapan ini. Penampilan tunggal (hingga kini) di Olimpiade terjadi tahun 1956, dan capaian nyaris lolos ke Olimpiade 1976 bahkan terlihat seperti sebuah kisah setengah mitos, saking "jadulnya".
Maka, ketika kejutan lolos ke semifinal Piala Asia U-23, dan babak akhir Kualifikasi Olimpiade 2024 terjadi, ini menjadi satu catatan sejarah versi kekinian, yang seharusnya bisa jadi fondasi untuk naik ke level selanjutnya
Akibat terlalu lamanya sepak bola nasional dininabobokan dengan sejarah masa lalu dan obsesi juara Piala AFF, ada ketertinggalan cukup jauh, yang baru belakangan mulai berusaha dikejar.
Maka, ketika Timnas Indonesia bisa lolos ke babak perdelapan final Piala Asia senior, semifinal Piala Asia U-23, dan babak akhir Kualifikasi Olimpiade, ini adalah satu keberhasilan tersendiri, setidaknya secara pola pikir. Tidak ada lagi "katak dalam tempurung", yang hanya berkutat di level Asia Tenggara.
PSSI era Erick Thohir sudah mulai berpikir ke level Asia dan dunia, lewat capaian di Piala Asia senior, Piala Asia U-23, dan Kualifikasi Olimpiade. Pengalaman Timnas Indonesia juga masih bisa bertambah, karena mereka masih berpeluang lolos ke babak lanjut Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia dan Piala Asia 2027.