Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Timnas U-23, Kegagalan yang Bukan "Kegagalan"

9 Mei 2024   23:54 Diperbarui: 10 Mei 2024   02:47 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul di atas mungkin terkesan seperti menghibur diri, usai kekalahan 0-1 Timnas U-23 melawan Guinea, Kamis (9/5), setelah gol penalti Illaix Moriba tak mampu dibalas Timnas U-23.

Dengan hasil ini, Indonesia gagal meraih tiket Olimpiade Paris, dan Guinea menjadi tim terakhir yang lolos ke Olimpiade 2024.

Tapi, kalau melihat prosesnya, kegagalan ini sebenarnya bukan kegagalan. Dari awal, Garuda Muda bahkan sudah mencatat prestasi, dengan lolos ke putaran final Piala AFC U23, untuk pertama kalinya sepanjang sejarah turnamen.

Di putaran final, tim asuhan Shin Tae-yong juga mampu menciptakan kisah sensasional, dengan melampaui target awal PSSI, yakni lolos ke babak perempat final. Secara luar biasa, tim debutan yang awalnya dipandang sebelah mata pun tidak, mampu melangkah ke babak semifinal, mengungguli Australia dan Korea Selatan, dua tim kekuatan tradisional di Asia.

Memang, kekalahan atas Uzbekistan, Irak dan Guinea menjadi satu cerita antiklimaks, yang membuat kesempatan tim sepak bola indonesia berangkat ke Olimpiade pupus, tapi jika melihat secara ideal, pengalaman yang didapat Ivar Jenner dkk justru menjadi satu keberhasilan tersendiri.

Disadari atau tidak, tim nasional Indonesia (di berbagai kelompok umur) sudah sangat lama tak mencapai tahapan ini. Penampilan tunggal (hingga kini) di Olimpiade terjadi tahun 1956, dan capaian nyaris lolos ke Olimpiade 1976 bahkan terlihat seperti sebuah kisah setengah mitos, saking "jadulnya".

Maka, ketika kejutan lolos ke semifinal Piala Asia U-23, dan babak akhir Kualifikasi Olimpiade 2024 terjadi, ini menjadi satu catatan sejarah versi kekinian, yang seharusnya bisa jadi fondasi untuk naik ke level selanjutnya

Akibat terlalu lamanya sepak bola nasional dininabobokan dengan sejarah masa lalu dan obsesi juara Piala AFF, ada ketertinggalan cukup jauh, yang baru belakangan mulai berusaha dikejar.

Maka, ketika Timnas Indonesia bisa lolos ke babak perdelapan final Piala Asia senior, semifinal Piala Asia U-23, dan babak akhir Kualifikasi Olimpiade, ini adalah satu keberhasilan tersendiri, setidaknya secara pola pikir. Tidak ada lagi "katak dalam tempurung", yang hanya berkutat di level Asia Tenggara.

PSSI era Erick Thohir sudah mulai berpikir ke level Asia dan dunia, lewat capaian di Piala Asia senior, Piala Asia U-23, dan Kualifikasi Olimpiade. Pengalaman Timnas Indonesia juga masih bisa bertambah, karena mereka masih berpeluang lolos ke babak lanjut Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia dan Piala Asia 2027.

Di luar ruwetnya masalah pembinaan pemain muda lokal dan pro-kontra soal kebijakan mencari pemain diaspora Indonesia di luar negeri, ada upaya nyata dalam membenahi mental bertanding dan peringkat FIFA.

Memang, lolos ke turnamen macam Piala Dunia atau Olimpiade masih jadi mimpi besar. Tapi, PSSI secara realistis tidak langsung membidik. Bukan seperti PSSI yang dulu hobi membonceng ekspektasi tinggi publik sepak bola nasional.

Dengan progres yang (sejauh ini) diperlihatkan, PSSI tampak ingin membiasakan Timnas Indonesia lolos dari fase grup Piala Asia (di berbagai kelompok umur) sebelum melangkah ke level selanjutnya. Dengan pembiasaan seperti itu, Timnas Indonesia akan lebih siap bertanding di level selanjutnya.

Dengan tingginya tekanan di babak lanjut Kualifikasi Piala Dunia maupun turnamen seperti Olimpiade, Timnas Indonesia jelas membutuhkan banyak pengalaman bertanding di level seperti ini. Bukan untuk uji nyali, tapi untuk membangun mental bertanding.

Semakin banyak pengalaman lolos ke babak gugur turnamen mayor, semakin kuat juga mental bertanding tim. Apalagi jika kedalaman kualitas tim relatif seimbang.

Sejauh ini, mentalitas yang sedang coba dibangun berada pada jalur yang benar. Ada progres yang masih akan berlanjut, seiring keputusan PSSI memperpanjang kontrak Shin Tae-yong hingga 2027.

Maka, daripada meratapi kegagalan lolos ke Olimpiade 2024, kita perlu melihat, ini adalah titik awal menuju level selanjutnya. Akan ada cerita baik-buruk, yang akan hadir, dan sekaligus menempa tim nasional Indonesia menjadi lebih tangguh.

Bisa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun