Dibeli mahal, dipandang sebagai pemain muda potensial di Eropa, tapi berakhir sebagai pesakitan yang harus menjalani masa pinjaman. Begitulah jalan cerita Jadon Sancho di Manchester United.
Sebelumnya, pemain jebolan akademi Manchester City ini bersinar terang di Borussia Dortmund dan membuat MU rela menggelontorkan dana transfer 73 juta pounds, untuk memboyongnya (kembali) ke kota Manchester musim panas 2021.
Harapan yang ada semakin besar, karena pemain kelahiran tahun 2000 ini ikut ambil bagian, kala tim nasional Inggris mencapai final Euro 2020.
Sayang, performa tim yang serba tidak stabil  ikut memengaruhi grafik performanya di Old Trafford. Apa boleh buat, pemain bernama lengkap Jadon Malik Sancho ini terlihat seperti satu transfer mahal yang flop.
Ketika Erik Ten Hag datang di musim panas 2022, sebenarnya Sancho beberapa kali menunjukkan talenta besarnya. Dirinya juga ikut andil kala Setan Merah meraih gelar Carabao Cup musim 2022-2023.
Ketika musim 2023-2024 datang, pendekatan disiplin ala Ten Hag yang cenderung otoriter justru direspon pemain keturunan Trinidad & Tobago ini dengan keluhan dan kritik terbuka di media sosial.
Apa boleh buat, namanya langsung masuk daftar pesakitan, setelah pelatih asal Belanda itu mengirimnya ke tim junior sampai bursa transfer Januari 2024 datang. Situasi makin suram, ketika United meninjamkannya ke Dortmund, dan banyak yang menilai, ini adalah transfer mahal tapi gagal Manchester United lainnya.
Tapi, di Signal Iduna Park, pelan tapi pasti Sancho justru membuktikan Erik Ten Hag sudah melakukan kesalahan fatal berikutnya. Sebelum Sancho, Cristiano Ronaldo dan David De Gea sudah lebih dulu ditendang dari Teater Impian, dan situasi malah cenderung memburuk.Â
Konyolnya, eks pelatih Ajax Amsterdam itu tetap setia memainkan Antony di sejumlah kesempatan, meski performa pemain asal Brasil ini cenderung medioker untuk pemain berharga mahal, bahkan jika dibandingkan Sancho yang dicap bermasalah.
Terbukti, hanya dalam empat bulan sejak bergabung kembali di Dortmund, Sancho menjadi satu elemen penting di dapur serangan tim, yang belakangan lolos ke final Liga Champions dengan mengungguli PSG di semifinal.