Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

AVB, Kisah Unik di Era Sepak Bola Modern

6 Mei 2024   02:21 Diperbarui: 6 Mei 2024   17:27 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andre Villas-Boas. (Dok zimbio via tribunnews.com)

Dalam sepak bola, ada begitu banyak cerita unik tentang kiprah seorang pelatih, tapi tak banyak yang punya cerita seunik Andre Villas Boas. 

Tak seperti kebanyakan pelatih, ia tak pernah menjadi pemain, berasal dari kalangan berada. AVB mengawali karier kepelatihan di usia 16 tahun sebagai staf kepelatihan Sir Bobby Robson di FC Porto, bersama Jose Mourinho, asisten sekaligus penerjemah pelatih legendaris asal Inggris itu.

Bakat fans FC Porto ini sebagai pelatih sebenarnya sudah terlihat di usia muda. Terbukti, di usia 20 tahun, "akamsi" kota Porto ini sudah mengantongi lisensi kepelatihan Pro UEFA. Dengan kata lain, pada usia semuda itu, ia sudah bisa melatih tim kompetisi kasta tertinggi di liga top Eropa.

Pada usia 23 tahun, pelatih kelahiran tahun 1977 ini sempat mencicipi periode singkat sebagai Direktur Teknik tim nasional British Virgin Islands pada kuartal pertama tahun 2000.

Tapi, kesempatan kembali ke FC Porto sebagai staf kepelatihan kembali datang dan diterimanya, ketika Jose Mourinho mulai bertugas di kursi pelatih tim penghuni Estadio Do Dragao tahun 2002.

Jose Mourinho dan Andre Villas Boas, rekan kerja di balik layar era 2000-an (Dailymail.co.uk)
Jose Mourinho dan Andre Villas Boas, rekan kerja di balik layar era 2000-an (Dailymail.co.uk)
Kemampuan analisisnya yang oke menjadikannya sosok "mata-mata" andalan Mourinho, yang secara sensasional membawa FC Porto meraih trofi Piala UEFA dan Liga Champions secara beruntun antara musim 2002-2003 dan 2003-2004.

Kebersamaan Mourinho dan AVB lalu berlanjut, saat Mou melatih Chelsea dan Inter Milan antara tahun 2004-2009. Hanya saja, saat Mou meraih Treble Winner di Inter Milan musim 2009-2010, AVB memutuskan pergi ke Academica untuk merintis karier sebagai pelatih kepala.

Di klub semenjana Liga Portugal ini, reputasinya sebagai pelatih muda berbakat mulai muncul ke permukaan. Tim yang awalnya terancam degradasi dibawanya finis di papan tengah dan lolos ke semifinal Piala Portugal musim 2009-2010.

Sir Bobby Robson dan Andre Villas Boas (Instagram officialavb via Dailymail.co.uk)
Sir Bobby Robson dan Andre Villas Boas (Instagram officialavb via Dailymail.co.uk)

Tawaran dari FC Porto pun (kembali) datang dan diterimanya. Di klub kampung halaman sang pelatih ini, Treble Winner mampu diraihnya, setelah mengawinkan titel Liga Portugal, Piala Portugal dan Liga Europa musim 2010-2011.

Tidak seperti Mourinho yang cenderung pragmatis, AVB banyak mengandalkan gaya main menyerang dan lebih berani dalam mengorbitkan pemain muda atau yang sebelumnya relatif kurang dikenal. Terbukti, di tim FC Porto asuhannya, muncul bintang-bintang macam Joao Moutinho, James Rodriguez, Hulk dan Radamel Falcao.

Pesona pelatih kelahiran tahun 1977 ini lalu menarik minat Roman Abramovich untuk memboyongnya (lagi) ke Chelsea di musim panas 2011. Kali ini, ia datang dengan peran pelatih kepala, dan harapan bisa menjadi "Jose Mourinho Baru", seperti sebutan yang disematkan media padanya, usai membawa FC Porto meraih Treble Winner. 

Harapan besar itu terlihat, dari keputusan Chelsea membayar kompensasi sebesar 15 juta euro ke Porto, sekaligus menjadikannya rekor transfer pelatih pada saat itu.

Sayang, kiprahnya di Stamford Bridge hanya berlangsung selama beberapa bulan. Performa inkonsisten, ditambah situasi ruang ganti yang kacau membuat Abramovich hilang kesabaran dan mendepak pelatih asal Portugal itu pada bulan Maret 2012.

Ironisnya, setelah ditinggal AVB, Chelsea mampu mengawinkan titel Liga Champions dan Piala FA musim 2011-2012, di bawah arahan Roberto Di Matteo, yang sebelumnya menjadi asisten pelatih AVB.

Setelah periode kacau di Chelsea, kesempatan dari sudut lain kota London datang, ketika Tottenham Hotspur menunjuknya sebagai pelatih musim 2012-2013.

Awalnya, semua berjalan lancar. Spurs mampu bersaing di papan atas Liga Inggris, dengan Gareth Bale bersinar terang sebagai motor serangan. Untuk pertama kali sejak menjadi pelatih kepala, AVB bersiap menjalani musim kedua di satu klub.

Apes, penjualan Gareth Bale ke Real Madrid seharga 85 juta pounds, tidak diimbangi dengan kedatangan pengganti sepadan. Performa The Lilywhites pun jeblok, dan pelatih yang semasa mudanya gemar bermain game simulasi sepak bola "Championship Manager" ini pun didepak manajemen klub, segera setelah Christian Eriksen dkk dihajar Liverpool dengan skor 0-5.

Dari Spurs, Villas Boas lalu mendapat kesempatan melatih Zenit Saint Petersburg, menggantikan Luciano Spalletti pada bulan Maret 2014. Di klub raksasa Rusia inilah, untuk pertama kali dan terakhir kalinya, ia menjalani dua musim penuh sebagai pelatih kepala. 

Kebetulan, saat itu Zenit diperkuat pemain-pemain bintang seperti Hulk (Brasil), Axel Witsel (Belgia), dan Ezequiel Garay (Argentina).

Hulk dan Andre Villas Boas, satu tim di FC Porto, Zenit dan Shanghai SIPG (Eurosport.com)
Hulk dan Andre Villas Boas, satu tim di FC Porto, Zenit dan Shanghai SIPG (Eurosport.com)
Prestasinya pun terbilang oke. Hulk dkk mampu dibawanya lolos dari fase grup Liga Champions musim 2015-2016. Satu gelar Liga Rusia, Piala Rusia, dan Piala Super Rusia pun mampu diraih.

Dari Rusia, AVB lalu membawa serta Hulk pindah ke Shanghai SIPG, dan mencicipi atmosfer kompetisi di Timur Jauh, ketika proyek ambisius Liga Super Tiongkok masih berani menawarkan gaji gila-gilaan buat para pemain dan pelatih top dunia.

Tapi, kiprahnya di Tiongkok hanya berlangsung selama musim 2016-2017. Dengan diwarnai kontroversi, akibat diskors cukup panjang, akibat terlalu sering mengkritisi wasit, klub yang dimotori Hulk dan Oscar ini mampu dibawanya finis di posisi dua Liga Super Tiongkok, semifinal Liga Champions Asia, dan final Piala FA Tiongkok. Sebuah prestasi yang sebenarnya terbilang lumayan, di era dominasi Guangzhou Evergrande.

Uniknya, AVB lalu sempat merambah dunia otomotif, dengan mengikuti Reli Dakar pada edisi 2018, sebelum akhirnya kembali melatih Olympique Marseille di musim panas 2019.

Di bawah arahannya, klub pesisir selatan Prancis itu mampu finis sebagai runner-up Ligue 1 Prancis musim 2019-2020. Hanya saja, "kutukan musim kedua" kembali dialaminya. Akibat berselisih dengan manajemen di pertengahan musim 2020-2021, ia memutuskan pergi dan pensiun sebagai pelatih.

Tentu saja, ini menjadi satu kisah yang tak biasa, tapi semuanya belum selesai sampai disitu, karena pria kelahiran 17 Oktober 1977 ini ternyata berambisi menjadi presiden klub FC Porto dalam pemilihan tahun 2024.

Ambisi ini sebenarnya terbilang berani, karena lawannya adalah Jorge Nuno Pinto Da Costa, petahana yang sudah berkuasa sejak tahun 1982. Di bawah kepemimpinannya Os Dragoes tak hanya mampu meraih puluhan gelar domestik di Portugal, tapi juga meraih masing-masing sepasang trofi Liga Champions, Liga Europa dan Piala Interkontinental.

Jadi lawan AVB di "Pilpres" FC Porto ini bukan kaleng-kaleng. Tapi, rencananya untuk membenahi kondisi keuangan klub yang kacau, memperbarui akademi, plus membangun tim futsal dan sepak bola wanita FC Porto membuat situasi berubah.

Inilah permasalahan utama Si Naga dalam beberapa tahun terakhir, yang membuat mereka terpaksa melepas pemain bintang macam Otavio (ke Al Nassr) dan Luis Diaz (ke Liverpool). Akibatnya, di kompetisi domestik, tim berkostum Biru-Putih ini agak tertinggal dari Sporting Lisbon dan Benfica, dua klub raksasa ibukota Portugal.

FC Porto dan fans, menyambut era baru bersama AVB (Dailymail.co.uk)
FC Porto dan fans, menyambut era baru bersama AVB (Dailymail.co.uk)
Dalam "Pilpres" yang digelar di Estdio Do Dragao, 27 April 2024, Andre Villas Boas secara luar biasa mampu meraih 80,3 persen suara dari total 26,876 suara. Unggul sangat jauh dari Nuno Pinto Da Costa, yang hanya meraih 19,5 persen suara.

Alhasil, FC Porto kini bersiap menyambut era baru di bawah AVB, yang mulai bertugas per 7 Mei 2024 hingga tahun 2028. Sebuah babak unik lain, dari sebuah perjalanan unik yang cukup panjang.

Dari seorang Andre Villas Boas, kita juga diajak melihat, sebuah talenta dan "passion" pada hal tertentu yang berpadu-padan, kadang menciptakan turbulensi, ketika idealisme ikut terlibat dan enggan kompromi dengan alasan apapun.

Tapi, dibalik turbulensi itu, kadang terselip satu kesempatan tak terduga untuk naik level, jika ada nyali untuk melangkah saat kesempatan itu datang, dan AVB telah membuktikan itu, dari sebuah proses panjang, yang dimulainya sejak tahun 1993.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun